Anggota DPR RI Ini Kritik Tajam Patrick Kluivert, Apa Katanya?
Olahraga

Setelah kekalahan menyakitkan Timnas Indonesia dari Jepang 0-6 di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026, sorotan tajam datang bukan hanya dari suporter, tapi juga dari kalangan legislatif.
Salah satu kritik paling keras dilontarkan oleh anggota DPR RI, Andre Rosiade.
Andre Rosiade mempertanyakan sikap dan komitmen pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, usai kekalahan tersebut.
Baca Juga: Erick Thohir: Banyak yang Menyebut Timnas Indonesia sebagai Raksasa yang Sedang Tertidur
Menurut Andre, perilaku Patrick Kluivert usai laga melawan Jepang memperlihatkan kurangnya empati terhadap para pendukung Garuda.
Ia mengungkap bahwa saat ribuan suporter masih larut dalam kesedihan di Osaka, sang pelatih asal Belanda justru memilih untuk berlibur ke Kyoto.
“Mereka masih bersedih di Osaka, eh kawan ini, pelatih Patrick Kluivert, jalan-jalan ke Kyoto. Ini saya bongkar supaya publik tahu kondisi psikologis kita,” ujar Andre dalam pernyataan resminya.
Baca Juga: Selebrasi Duduknya Disamakan Dengan Cristiano Ronaldo, Warganet Beri Julukan Baru untuk Marselino Ferdinan
Ia menambahkan bahwa seharusnya Kluivert segera melakukan evaluasi mendalam alih-alih menikmati waktu luang pasca hasil buruk tersebut.
Evaluasi Mentalitas: Dari Kekalahan ke Wisata
Anggota DPR RI, Andre Rosiade. [Instagram]Bagi Andre Rosiade, momen seperti itu seharusnya menjadi titik refleksi, bukan relaksasi.
Ia mempertanyakan kenapa tidak ada sesi evaluasi tim nasional secara intensif di saat publik sedang kecewa dan para pemain juga butuh bimbingan moral dari pelatih.
“Harusnya setelah kalah, dilakukan evaluasi. Tapi ini malah dua hari setelahnya sudah jalan-jalan,” lanjut politisi Partai Gerindra itu.
Kritik Fasilitas dan Perbandingan dengan Shin Tae-yong
Kolase foto Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert. [Instagram]Tak hanya perilaku pasca-pertandingan, Andre juga menyoroti fasilitas mewah yang diterima Patrick Kluivert dan timnya.
Ia membandingkan dengan era kepelatihan Shin Tae-yong, yang dinilainya jauh lebih hemat dan berdedikasi.
"Tim Patrick ini katanya berjumlah 14 orang. Semua dari luar negeri, difasilitasi tiket business class. Dulu waktu Shin Tae-yong, dia hanya dapat tiket business class dua kali setahun ke Korea,” pungkas Andre.
Andre menilai bahwa dengan sumber daya dan fasilitas sebesar itu, seharusnya Kluivert bisa menunjukkan kinerja dan komitmen yang lebih tinggi untuk kemajuan Timnas Indonesia.
Minimnya Kehadiran di Tanah Air Juga Jadi Sorotan
Hal lain yang disorot Andre adalah kehadiran Kluivert yang dinilai minim di Indonesia.
Ia menyebut bahwa pelatih asal Belanda itu lebih sering berada di Eropa ketimbang membangun kedekatan dengan pemain dan atmosfer sepak bola lokal.
“Ikatan batinnya kurang. Engagement-nya kurang. Jadinya dia seperti pelatih tarkam: ada pertandingan, baru datang,” sindir Andre.
Menjelang laga FIFA Matchday melawan China di bulan Juni, Kluivert disebut baru tiba di Indonesia hanya beberapa pekan sebelumnya.
Sejauh ini, Patrick Kluivert baru memimpin Timnas Indonesia dalam empat pertandingan.
Hasilnya pun belum sepenuhnya memuaskan: dua kemenangan dan dua kekalahan.
Kemenangan memang berhasil diraih, tapi kekalahan dari Jepang dengan skor mencolok telah membuat publik dan politisi mempertanyakan arah kepelatihan Kluivert.
Kritik dari Andre Rosiade ini bisa menjadi pemicu evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Di tengah harapan besar publik terhadap peningkatan prestasi sepak bola nasional, perilaku dan dedikasi pelatih asing tidak luput dari pengawasan.
PSSI kini menghadapi tekanan agar tidak hanya melihat hasil pertandingan, tapi juga aspek komitmen, kedekatan dengan pemain lokal, dan perencanaan jangka panjang untuk Timnas.