AS Kenakan Tarif Impor 19 Persen untuk Indonesia, Wamenlu Tekankan Perubahan Strategi Ekspor
Ekonomi Bisnis

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Havas Oegoroseno menekankan bahwa Indonesia perlu mengubah strategi ekspor barang-barang ke Amerika Serikat (AS).
Apalagi barang-barang yang diekspor ke Amerika Serikat notabene barang-barang yang bersifat padat karya.
Hal itu dilakukan sebagai respons atas tarif impor 19 persen yang dikenakan oleh AS kepada Indonesia.
Baca Juga: Sosok Miriam Adelson: Ratu Judi Dunia yang Jadi Pendonor Israel
Angka ini jauh turun dari yang sebelumnya ditetapkan Trump, yakni 32 persen.
Penurunan tarif itu hasil negosiasi Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump.
"Faktor lain yang kita lihat adalah banyak barang-barang kita yang padat karya. Seperti food ware kemudian garmen cek aja di-list kita. Agar kita itu mengubah strategi ekspor kita yang pertama disertifikasi pasar dan produk," kata Wamenlu dalam Diskusi Double Check digelar di Retro Cafe Beltway Office Park kawasan Cilandak, Jakarta Selatan Sabtu (19/7/2025).
Baca Juga: Ditunjuk Trump sebagai Duta Besar Khusus, Ini Respon Mengejutkan Mel Gibson!
Barang-Barang Dibutuhkan Pasar
Presiden Prabowo Subianto. [YouTube]Havas kemudian mencontohkan barang-barang Indonesia yang masuk ke Jerman tidak masuk dalam kategori barang-barang yang paling dibutuhkan.
"Pengalaman saya waktu di Jerman, menunjukan bahwa kita itu tidak masuk ke 20 produk yang paling dibutuhkan di Jerman. Sehingga kita tuh nomor 5, nomor 1 Vietnam, Singapura, Thailand dan kita nomor 5," jelas Havas.
"Kalau negara-negara kompetitor kita ini masuk ke dalam barang-barang sangat dibutuhkan di pasar, misalnya alat Kesehatan. Kita itu tidak pernah masuk ke Jerman alat kesehatan waktu itu. Sekarang udah mulai masuk, padahal Indonesia punya keunggulan yang luar biasa," tambahnya.
Karena itu, Wamenlu menegaskan bahwa kedepannya Indonesia tidak hanya mengekspor barang-barang komoditas. Melainkan hasil dari pengembangan teknologi di dalam negeri.
"Jadi perlu strategi yang baru menurut saya agar produk-produk Indonesia itu bisa di ekspor tidak hanya komoditas, tidak hanya kuliner atau apparel. Tetapi juga kesehatan, transistor, sparepart dan hal-hal yang sifatnya teknologi related," tutur Havas.
3 Negara Tujuan Ekspor Indonesia
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini melaporkan bahwa AS sebagai salah satu dari tiga negara tujuan utama ekspor Indonesia, setelah Cina dan di atas India.
Nilai ekspor nonmigas RI ke AS pada periode Januari-Mei 2025 mencapai US$ 12,11 miliar. Atau sekitar Rp 193 triliun (asumsi kurs Rp 16.000 per dolar AS).
"Tiga besar negara tujuan ekspor adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India, dengan share sekitar 41,16 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia periode Januari hingga Mei 2025," kata Pudji dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (1/7/2025).
Berikut tiga komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada Januari-Mei 2025:
- Mesin dan perlengkapan elektrik (harmonized system atau HS) 85: US$ 2,22 miliar atau 18,34 persen dari total ekspor nonmigas ke AS.
- Alas kaki HS 64: US$ 1,08 miliar atau 8,94 persen dari total ekspor nonmigas ke AS.
- Pakaian dan aksesorinya (rajutan) HS 61: US$ 1,02 miliar atau 8,45 persen dari total ekspor nonmigas ke AS. (Reporter: Selvianus Kopong Basar)