AS Marah! Peringatkan Zelenskyy Menjelek-jelekkan Presiden Trump Bisa Jadi Bumerang!
Nasional

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang beberapa waktu lalu tampil garang dengan kritikannya karena merasa tidak dilibatkan AS-Rusia dalam pembahasan penghentian perang Ukraina, kini menjadi lebih ‘calm’.
Kalau sebelumnya dia sempat mennegaskan tidak akan menyetujui apa pun kesepakatan yang dibuat AS-Rusia tanpa dirinya terkait penghentian perang, kini Zalenskyy berbalik arah.
Ia mengatakan, Ukraina siap untuk perjanjian yang kuat dan bermanfaat dengan AS mengenai investasi dan keamanan, selain itu menyerukan 'hubungan yang kuat' dengan AS setelah 'pertemuan yang produktif' dengan Kellogg.
Kemarahan AS
Perubahan sikap Zalenskyy yang menolak menandatangani versi awal kesepakatan tersebut di tengah laporan bahwa kesepakatan itu lebih eksploitatif daripada persyaratan yang diberlakukan pada Jerman oleh kekuatan Sekutu setelah berakhirnya Perang Dunia I, bisa jadi karena sikap keras AS.
Zalenskyy yang sebelumnya menggebu-gebu mengkritik AS, mendapat peringatan keras dari Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Waltz yang mengatakan di Fox News bahwa Zelensky harus 'mengurangi' kritik terhadap Trump setelah pemimpin Ukraina itu mengatakan mitranya dari Amerika telah menjadi mangsa disinformasi Rusia.
'Turunkan, pikirkan baik-baik dan tandatangani kesepakatan itu', kata Waltz mengacu pada kontrak yang diusulkan Washington yang akan membuat Kyiv menyerahkan kekayaan minyak, gas, dan mineral yang sangat besar, yang konon sebagai imbalan atas jaminan keamanan. Demikian dikutip dari Daily Mail.
Waltz mengatakan AS memberi Ukraina 'peluang yang luar biasa dan bersejarah' untuk berinvestasi dalam ekonomi dan sumber daya alamnya.
'Itu akan menjadi cara bagi negara untuk 'benar-benar menjadi mitra di masa depan Ukraina dengan cara yang berkelanjutan, tetapi juga akan menjadi jaminan keamanan terbaik yang pernah mereka harapkan... jauh lebih dari sekadar amunisi.'
Sikap AS kepada Zalenskyy pun tegas. Agenda konferensi pers terkait pertemuan pihak Ukraina dalam hal ini Zalenskyy dengan utusan Presiden AS Donald Trump untuk Ukraina Letnan Jenderal Keith Kellogg, dibatalkan AS tanpa alasan.
Padahal pertemuan yang berlangsung di ibu kota Ukraina Kamis sore membicarakan upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Ketika pertemuan dimulai, fotografer dan jurnalis video diizinkan masuk ke sebuah ruangan tempat kedua pria itu berjabat tangan sebelum duduk berhadapan di sebuah meja di kantor kepresidenan di Kyiv.
Tapi saat keduanya bersiap untuk berbagi rincian diskusi mereka dengan media, tetapi juru bicara presiden Ukraina Serhii Nikiforov mengatakan Washington meminta agar konferensi pers dibatalkan tanpa menyebutkan alasan permintaan tersebut.
Komentar Waltz muncul beberapa jam setelah Wakil Presiden J.D. Vance memperingatkan Zelensky agar tidak menyerang Trump di depan umum, dan mengatakan kepada DailyMail.com secara eksklusif bahwa 'menjelek-jelekkan' presiden di depan umum hanya akan menjadi bumerang.
'Gagasan bahwa Zelensky akan mengubah pikiran presiden dengan menjelek-jelekkannya di media publik... semua orang yang mengenal presiden akan memberi tahu Anda bahwa itu adalah cara yang mengerikan untuk berurusan dengan pemerintahan ini,' kata Vance dalam wawancara eksklusif di kantornya di West Wing, dilansir Daily Mail.
Beberapa jam kemudian, Trump menggandakan serangannya sendiri dalam pidatonya di Miami pada konferensi investor yang didukung Saudi di mana ia mengecam Zelensky sebagai 'diktator' dan 'pelawak' yang menghancurkan negaranya.
Dan pada hari Kamis di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC), Vance kembali membela Trump, dengan mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah perdamaian di Eropa.
"Perdamaian adalah kepentingan Rusia, kepentingan Ukraina, kepentingan Eropa," kata Vance.
Trump adalah 'negosiator yang sangat baik, pengusaha yang sangat baik' dan ia adalah 'negarawan yang cerdas' untuk mengatasi masalah-masalah rumit ini, tambahnya.
"Saya benar-benar percaya bahwa kita berada di ambang perdamaian di Eropa untuk pertama kalinya dalam tiga tahun karena kita memiliki kepemimpinan dari Ruang Oval dan kita belum memilikinya selama empat tahun di negara ini."
Tiga Tahun Invasi Moskow
Adu pendapat ini terjadi karena AS menolak untuk menjadi sponsor bersama rancangan resolusi PBB yang menandai tiga tahun invasi Moskow ke Ukraina yang mendukung integritas teritorial Kyiv dan mengutuk agresi Rusia, tiga sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters.
Langkah tersebut tampaknya mencerminkan keretakan yang semakin lebar antara Presiden Ukraina Zelensky dan Trump, yang berusaha untuk segera mengakhiri perang di Ukraina dan yang timnya telah mengadakan pembicaraan dengan Rusia tanpa melibatkan Kyiv.
Perselisihan tersebut merupakan krisis politik besar bagi Ukraina, yang telah menggunakan puluhan miliar dolar bantuan militer AS yang disepakati di bawah pemerintahan AS sebelumnya untuk menghadapi invasi Rusia dan juga mendapat keuntungan dari dukungan diplomatik.
Sebuah rencana penjagaan perdamaian yang akan diperkenalkan oleh Sir Keir Starmer selama kunjungannya ke Washington minggu depan akan melibatkan Inggris dan Prancis yang mengerahkan hingga 30.000 tentara sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian untuk meningkatkan keamanan Ukraina, asalkan AS dan negara-negara NATO lainnya memberikan perlindungan udara.
Angkatan bersenjata Ukraina akan berpatroli di zona demiliterisasi di garis depan, sementara pasukan Inggris-Prancis akan ditempatkan di infrastruktur utama untuk mencegah serangan Rusia di masa mendatang, dengan jet tempur dan rudal AS yang disiagakan sebagai 'penghalang'.
Kebijakan backstop Amerika akan diterapkan untuk memastikan 'apa pun pasukan yang dikerahkan tidak akan ditentang oleh Rusia,' kata seorang pejabat yang mengetahui rencana tersebut kepada Telegraph.
Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pagi ini menolak usulan tersebut sebagai 'tidak dapat diterima' setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow memandang gagasan menempatkan pasukan anggota NATO di Ukraina sebagai 'ancaman langsung' terhadap keamanan Rusia.***
Sumber: Daily Mail dan berbagai sumber lainnya