Bagaimana Cara Khusyuk dalam Salat? Berikut Hal yang Mesti Diperhatikan
Untuk menjaga kekhusyuan ibadah salat yang dilakukan, penting untuk memastikan kesiapan batin. Di antaranya menghindari hal-hal yang dapat mengganggu proses salat di antaranya memastikan alat komunikasi atau HP yang dibawa dimatikan terlebih dahulu.
Terlebih di era modern saat ini, alat-alat teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari khususnya penggunaan HP. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, manusia modern seperti tidak bisa terlepas dari teknologi ini. Sehingga jika tidak dikelola dengan baik, Handphone bisa mengganggu aktivitas ibadah kita.
Teknologi, termasuk handphone, telah menjadi sumber gangguan dalam menjaga khusyuk dalam salat. Notifikasi, panggilan, pesan, dan berbagai aplikasi dapat mengganggu konsentrasi selama beribadah. Sehingga di era modern seperti ini, mematikan HP saat akan salat bisa menjadi prioritas utama sebelum melaksanakan salat. Setidaknya menonaktifkan fitur-fitur yang memiliki potensi mengganggu selama salat.
Dalam kasus di mana seseorang sengaja mematikan HP saat salat karena berdering, sebagian ulama berpendapat bahwa perbuatan tersebut tidak sampai membatalkan salat. Hal ini didasarkan pada gerakan yang dilakukan saat mematikan HP merupakan gerakan yang sedikit. Selain memang langkah mematikan HP saat berdering diperlukan agar konsentrasi saat salat dan juga jamaah lainnya tidak terganggu.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Bakri Syatha, dalam kitab Ianatut Thalibin, juz I, halaman 248 bahwa gerakan sedikit dalam salat tidak sampai membatalkan salat.
ومحل عدم البطلان بالفعل القليل إن لم يقصد به اللعب وإلا أبطل
Artinya, “Ketidakbatalan salat karena sedikit gerak terletak pada niatnya yang bukan untuk main-main. Tetapi jika dimaksudkan untuk main-main belaka, maka salatnya menjadi batal.”
Jadi ketika HP berdering sebaiknya segera dimatikan dengan gerakan yang sedikit untuk kepentingan yang mendesak.
Batasan Gerak dalam Salat
Posisi salat dalam Islam. (ftnews-copilot)Para ulama mazhab Syafi’i menjelaskan bahwa gerakan dianggap banyak ketika berlangsung tiga kali secara beriringan serta tanpa jeda yang cukup lama. Berbeda ketika tiga gerakan dilakukan secara terpisah atau dengan jeda cukup lama. Jika gerakan pertama dianggap sudah terputus dari gerakan kedua, maka gerakan yang pertama sudah tidak dihitung lagi.
Imam an-Nawawi dalam kitabnya, Raudhah at-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin menjelaskan bahwa batasan suatu gerakan dianggap terpisah adalah saat gerakan kedua dianggap terputus dari gerakan pertama.
Hal ini diperinci dalam dalam kitab Fath al-Mu’in: “Menggerakkan tangan dan mengembalikannya secara beriringan dihitung satu hitungan, begitu juga mengangkat tangan dari dada dan meletakkan tangan di tempat menggaruk dihitung satu hitungan jika dilaksanakan secara langsung (ittishal), jika tidak langsung maka setiap jeda dihitung satu kali hitungan. Ketentuan ini berdasarkan penjelasan yang dijelaskan oleh guruku (Imam Ibnu Hajar).” (Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath al-Mu’in, juz 1, hal. 251)
Ketentuan ini tidak berlaku bagi gerakan-gerakan kecil, seperti gerakan jari-jari, bibir dan lidah. Sehingga, menggaruk dengan jari-jari pada bagian tubuh yang gatal walaupun dilakukan berulang-ulang dan lebih dari hitungan tiga kali tetap dianggap sebagai hal yang diperbolehkan dan tidak membatalkan salat, selama telapak tangan tidak ikut bergerak. Hanya saja menggerakkan jari-jari dengan jumlah yang banyak ini dihukumi makruh.