Banjir Semarang Meluas, BNPB Kendalikan Curah Hujan Lewat Modifikasi Cuaca
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi modifikasi cuaca di wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, akibat banjir yang terjadi beberapa hari terakhir.
Tujuan modifikasi cuaca ini adalah untuk mengurangi curah hujan dengan cara mendistribusikan ulang agar hujan tidak turun di wilayah yang sudah tergenang banjir.
"Tujuan utama OMC ini adalah redistribusi curah hujan agar tidak turun di wilayah yang saat ini sudah tergenang, termasuk di bagian hulu sungai. Dengan kata lain, operasi ini bukan menghentikan hujan, melainkan mengatur di mana hujan itu jatuh," kata Kepala BNPB Abdul Muhari dalam keterangan resminya, Sabtu 25 Oktober 2025.
Baca Juga: Banjir Merendam Kabupaten Kepahiang Bengkulu, 575 Warga Terdampak
Operasi ini melibatkan pesawat yang diterbangkan dari Bandara Ahmad Yani Semarang dan menebar bahan kimia seperti 10 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 2 ton Kalsium Oksida (CaO) secara bertahap di atas wilayah terdampak.
Banjir melanda Jawa Tengah. [Istimewa]
“Setiap penerbangan menjadi satu siklus percobaan dan menentukan apakah awan yang disemai menghasilkan hujan di titik yang diinginkan. Data satelit dan radar cuaca menjadi panduan utama dalam setiap keputusan,” ungkapnya.
Baca Juga: Korban Tewas Longsor Pekalongan Bertambah Jadi 19 Orang, Ini Nama-namanya
Fokus utama operasi adalah kawasan hulu Sungai Tuntang dan Sungai Lusi di Kabupaten Grobogan serta wilayah Kota Semarang yang masih dalam proses penanganan banjir.
Operasi modifikasi cuaca ini dijadwalkan berlangsung selama 3 sampai 5 hari, atau lebih lama jika intensitas hujan masih tinggi, sesuai evaluasi harian.
Curah hujan yang diperkirakan tinggi masih akan berlangsung di Jawa Tengah hingga awal November 2025 berdasarkan prakiraan BMKG, sehingga operasi modifikasi cuaca merupakan langkah preventif untuk mengendalikan bencana banjir yang terus berpotensi semakin parah.
Banjir di Jawa Tengah. [Istimewa]
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mencatat, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang mengguyur sejak pertengahan pekan ini menjadi pemicu utama banjir di wilayah perkotaan.
Sistem drainase yang tidak mampu menampung debit air hujan membuat aliran udara meluap ke organisasi. Kondisi diperparah oleh luapan Sungai Tenggang yang melintas di kawasan padat penduduk.
Akibatnya, akumulasi muncul di sejumlah titik penting kota seperti di Bangetayu Kulon, dengan ketinggian udara mencapai 20 hingga 50 sentimeter.
Di Banjardowo, Gebangsari, dan Genuksari, menampung rata-rata 15 sampai 60 sentimeter. Sementara di kawasan Jalan Nasional Kaligawe, udara setinggi setengah meter membuat lalu lintas tersendat dan truk-truk besar terjebak hingga lebih dari 24 jam.
Di depan RSI Sultan Agung, udara yang bahkan mencapai 80 sentimeter, mengharuskan petugas mengevakuasi sejumlah pasien ke tempat yang lebih aman.
Secara keseluruhan, sebanyak 4.265 jiwa dari 1.697 kepala keluarga di Kecamatan Genuk dan 33.915 jiwa dari 11.260 kepala keluarga di Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, terdampak banjir kali ini.
Meski air belum sepenuhnya surut, berbagai upaya terus dilakukan. Pompa-pompa pengontrol banjir menjadi garda terdepan dalam menahan limpasan udara.
Di Rumah Pompa Tenggang, enam unit pompa disiapkan, namun hanya dua yang beroperasi karena empat lainnya tengah dalam proses peningkatan dari sistem diesel ke listrik.
Dua pompa apung berkapasitas 2.000 liter per detik serta dua pompa mobile berkapasitas 500 liter per detik turut membantu mempercepat aliran keluar udara.