Lifestyle

Beras Putih Belum Tentu Asli, Ini Ciri-Ciri Beras Oplosan yang Perlu Diketahui

15 Juli 2025 | 13:03 WIB
Beras Putih Belum Tentu Asli, Ini Ciri-Ciri Beras Oplosan yang Perlu Diketahui
Ilustrasi beras (Pexels)

Kementerian Pertanian bersama Satuan Tugas Pangan Polri baru-baru ini mengungkap praktik kecurangan dalam distribusi beras yang cukup mengkhawatirkan.

rb-1

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa pihaknya telah menemukan sekitar 212 merek beras yang diduga melakukan praktik pengoplosan yakni mencampur berbagai jenis beras dengan kualitas berbeda dan menjualnya tanpa memenuhi standar mutu yang berlaku.

Praktik ini tak hanya merugikan konsumen dari segi kuantitas dan kualitas, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat. “Kami telah mengirimkan data 212 merek yang terbukti tidak sesuai standar, mengurangi volume, dan kualitasnya tidak layak,” ungkap Amran dalam konferensi persnya.

Baca Juga: Wamentan Geram Takaran Minyakita Disunat hingga Sebut Kurangi Timbangan Ancamannya Neraka

rb-3

Mengenali Beras Oplosan: Waspadai Ciri-Cirinya di Pasaran

Ilustrasi beras (Pexels)Ilustrasi beras (Pexels)

Masyarakat awam sebenarnya bisa mengenali beras oplosan dengan cukup mudah melalui pengamatan visual dan penciuman. Prof. Tajuddin Bantacut, pakar teknologi industri pertanian dari IPB University, menyebutkan bahwa ketidakteraturan warna dan ukuran butiran beras bisa menjadi indikator pertama.

Beras asli biasanya memiliki warna dan bentuk yang seragam, sedangkan beras oplosan terlihat bercampur ada yang putih cerah, kekuningan, atau kusam.

Baca Juga: Aktifkan Pengawasan, Mentan Ajak KPK Berkantor di Kementan

Aroma beras juga bisa menjadi petunjuk. Bila beras tercium apek, menyengat, atau bau kimiawi yang tidak biasa, ada kemungkinan beras tersebut telah tercampur bahan asing atau mengalami proses penyimpanan yang buruk.

Setelah dimasak, nasi dari beras oplosan cenderung lembek, tidak pulen, dan mudah basi. Hal ini menandakan kandungan pati yang rusak akibat pencampuran beras dari berbagai jenis atau kualitas rendah.

Selain itu, saat dicuci, konsumen bisa menemukan benda asing seperti serpihan plastik atau serbuk putih yang mencurigakan, yang mengindikasikan pencemaran atau penggunaan zat tambahan berbahaya.

Bahaya Konsumsi Beras Oplosan: Dari Zat Kimia hingga Risiko Penyakit

Ilustrasi makanan (Pexels)Ilustrasi makanan (Pexels)

Praktik pengoplosan beras bukan hanya persoalan etika bisnis, tetapi juga ancaman kesehatan serius. Beras oplosan kerap dipoles dengan zat pemutih, pewarna sintetis, atau pengawet buatan agar tampak segar dan menarik.

Padahal, zat-zat tersebut tidak dirancang untuk konsumsi manusia dan dapat memicu gangguan pencernaan, alergi, bahkan kerusakan organ dalam seperti hati dan ginjal bila dikonsumsi terus-menerus.

Banyak dari beras oplosan yang sebenarnya berasal dari stok lama atau sudah rusak, kemudian dipoles ulang agar tampak seperti baru. Jika jamur atau bakteri masih menempel, maka potensi keracunan sangat besar.

Hal ini membuktikan pentingnya konsumen untuk tidak sembarangan membeli beras tanpa label resmi, apalagi yang dijual dengan harga terlalu murah dari pasaran.

Produsen dalam Sorotan: Siapa Saja yang Dipanggil Bareskrim?

Menanggapi temuan ini, Bareskrim Polri telah memanggil sepuluh perusahaan produsen dan distributor beras untuk mengklarifikasi dugaan keterlibatan mereka dalam peredaran beras oplosan. Di antara nama-nama besar tersebut adalah:

  1. Wilmar Group: Sania, Sovia, Fortune, Siip (wilayah Aceh hingga Yogyakarta)

  2. PT Food Station Tjipinang Jaya: Alfamidi Setra Pulen, Setra Ramos

  3. PT Belitang Panen Raya: Raja Platinum, Raja Ultima

  4. PT Unifood Candi Indonesia: Larisst, Leezaat

  5. PT Buyung Poetra Sembada Tbk: Topi Koki

  6. PT Bintang Terang Lestari Abadi: Elephas Maximus, Slyp Hummer

  7. PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group): Ayana

  8. PT Subur Jaya Indotama: Dua Koki, Subur Jaya

  9. CV Bumi Jaya Sejati: Raja Udang, Kakak Adik

  10. PT Jaya Utama Santikah: Pandan Wangi BMW Citra, Kepala Pandan Wangi

Langkah tegas pemerintah ini diharapkan menjadi sinyal kuat bagi para pelaku industri pangan agar tidak mengorbankan keselamatan konsumen demi keuntungan semata.

Tag Andi Amran Sulaiman tips memilih beras asli cara membedakan beras asli dengan oplosan