Bill Gates Singgung Indonesia saat Berbicara Minyak Sawit
Nasional

FTNews - Gorengan, salah satu menu favorit masyarakat Indonesia. Mulai dari tempe, tahu, pisang, dan lain sebagainya dapat disulap menjadi gorengan. Makanan favorit ini juga merupakan musuh manusia karena dapat meningkatkan kadar kolesterol di tubuh manusia. Tetapi, gorengan bukan hanya musuh manusia saja, juga musuh utama Bumi, melalui minyak gorengnya.
Ceritanya, minyak goreng merupakan salah satu komoditas pangan yang utama bagi masyarakat Indonesia. Di dalam dapur, hampir semua makanan menggunakan minyak dalam pengolahannya. Minyak datang dari berbagai macam jenisnya, seperti biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, hingga kedelai.Â
Untuk masyarakat Indonesia sendiri, sering menggunakan minyak sawit dalam kebutuhan dapurnya. Oleh sebab itu, minyak sawit memiliki permintaan yang sangat tinggi. Namun, apa hubungannya minyak sawit dengan menjadi musuh bumi?
Baca Juga: Edy Rahmayadi ke Ketua Umum PWI: Kembalikan Pers ke Hati Rakyat
Alien “Invasif†dari Afrika
Pohon sawit. Foto: canva
Kata “alien†berasal dari bahasa Inggris, yang artinya makhluk asing. Lebih tepatnya, makhluk yang berasal atau lokal bukan dari lingkungan tersebut. Alien bukan berarti dari luar bumi saja, namun juga dapat dalam bumi.Â
Baca Juga: Jokowi: IKN Bukan Hanya untuk ASN
Contohnya, daerah A memiliki makhluk biologis A, namun di daerah B tidak memiliki makhluk biologis A. Maka, jika makhluk biologis A berada di daerah B, makhluk itu disebut sebagai alien. Begitu pula dengan asal usulnya minyak sawit di Indonesia.
Hingga tahun 1848, Indonesia tidak memiliki tumbuhan yang namanya pohon sawit (Elaeis guineensis). Sawit sendiri merupakan tumbuhan endemik khas di Benua Afrika. Hingga, seorang botanis bernama Dr. D. T. Pryce membawa empat biji kelapa sawit ke Indonesia. Keempat biji tersebut, ia tanamkan di Kebun Raya Bogor dan menghasilkan buah setelah lima tahun.
Lalu, ia sebarkan biji-biji kelapa sawit tersebut ke Sumatera pada tahun 1875 untuk menjadi tanaman hias. Ternyata, kelapa sawit dapat menjadi lebih dari sekedar tanaman hias. Namun, pertanyaan masih timbul, apa yang membuat kelapa sawit menjadi musuh bumi? Di mana sifat invasifnya?
Perkebunannya yang Sangat Luas
Perkebunan sawit. Foto: canva
“(Minyak sawit) telah menyebabkan deforestasi hutan hujan di wilayah khatulistiwa di seluruh dunia dengan tebang dan bakar. Kemudian diubah menjadi perkebunan kelapa sawit,†ungkap Bill Gates dalam blognya.
Secara singkatnya, apa yang pendiri perusahaan Microsoft tersebut benar. Kegiatan ini menjadi permasalahan karena para pemilik kebun sawit menebang pepohonan, lalu mereka bakar untuk menjadi perkebunan sawit. Hal ini juga menyebabkan emisi dari industri ini sangat besar. Selain itu, pada tahun 2022, kebun sawit memakan lahan hutan Indonesia hingga 102.130 hektare (ha), hampir seluas Pulau Jawa.
“Pada tahun 2018, kerusakan yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4 persen emisi global. Lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia,†jelas Gates.
Dampak Perkebunan Sawit
Pemanenan kelapa sawit. Foto: canva
Tidak hanya berdasarkan emisi, namun perkebunan juga pohon sawit menjadi ancaman bagi biodiversitas. Pasalnya, mulai dari pembukaan lahan untuk kebun sawit, hingga perawatan pohon ini hingga siap panen dapat merusak lingkungan.
Banyak hal yang menjadi pertimbangan saat ingin berbisnis minyak sawit di Indonesia. Berdasarkan sebuah penelitian dari Universitas Riau, berikut adalah dampak-dampaknya.
- Kerakusan unsur hara dan kebutahan air tanaman sawit sangat tinggi.Kebutuhan air untuk bibit sawit dapat mencapai 2 liter per polybag per harinya Disesuaikan dengan umur bibit. 1000 bibit = 2000 liter per hari. Lalu, kebutuhan air sawit dewasa kurang lebih 10 liter/hari. 1000 pohon = 10.000 liter/hari
- Hutan monokultur sawit mengakibatkan hilangnya fungsi hutan alam sebagai pengatur tata air (regulate water) dan juga penghasil air (produce water).
- Pertumbuhan kelapa sawit membutuhkan perangsang, seperti berbagai macam zat fertilizer dan bahan kimia lainnya.
- Tanah yang ditanami hanya satu jenis tanaman secara terus menerus akan mengakibatkan menurunnya kualitas tanah secara periodik.
- Limbah sawit yaitu campuran polusi dari batok yang hancur, air, dan residu lemak, mempunyai dampak negatif pada ekosistem akuatik.
- Penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk berbasis petroleum secara bebas membuat tanah menjadi rusak dan menimbulkan pencemaran di perairan.
- Munculnya hama migran baru yang sangat ganas. Hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Penyebabnya, karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi, di samping penggunaan pestisida secara masif.
- Pencemar yang sangat potensial dari kegiatan unit usaha perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit, seperti cairan (sludge decanter, air hydrocyclone, air sterilizer, dan air bekas pencucian), tandan kosong, solid decanter, sisa cangkang, abu boiler, oli bekas, besi bekas, asap (asap boiler ataupun incinerator) suara (kebisingan) dari mesin pabrik.
- Perkebunan sawit dapat merusak ekosistem. Karena, setelah 25 tahun masa panen, lahan kelapa sawit yang ditinggalkan akan menjadi semak belukar dan/atau lahan kritis baru. Tanah mungkin akan kehabisan nutrisi, terutama pada lingkungan yang mengandung asam, sehingga\menjadikan wilayah tersebut tanpa vegetasi selain rumput-rumput liar yang akan mudah sekali terbakar.
Mengapa Peredarannya Masih Masif?
Ilustrasi produk kosmetik yang menggunakan minyak sawit. Foto: canva
Sayangnya, hingga saat ini, belum ada yang dapat menggantikan minyak sawit. Tidak ada bahan yang lebih murah, tidak berbau, dan mudah didapatkan seperti minyak sawit. Di saat minyak yang lain berbentuk cair di suhu ruangan, namun minyak sawit dapat menjadi semi-padat dan mudah penggunaannya.
Seperti madu, minyak sawit juga memiliki cara yang natural untuk mengawetkan dirinya sendiri. Sehingga, minyak ini memiliki umur yang sangat panjang.
Selain itu, minyak sawit merupakan satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama. Oleh karena itu, penggunaan minyak ini sangatlah serbaguna.
Tidak hanya untuk makanan, namun minyak ini juga berperan penting dalam kebutuhan-kebutuhan manusia lainnya. Mulai dari makeup, sabun, pasta gigi, deterjen, deodorant, lilin, dan masih banyak lagi. Bahkan, minyak ini dapat berfungsi sebagai bahan bakar juga seperti biosolar pada mesin diesel.