Gara-gara Tren #KaburAjaDulu di Tanya Tentang Nasionalismenya, Pria Ini Langsung Kasih Jawaban Menohok
Daerah

Setelah media sosial ramai dengan tagar #KaburAjaDulu, dengan editan potongan video Bahlil mengomentari tentang nasionalisme seseorang jika berada di Luar Negeri.
Di akun rumpi_gosip, ada sebuah video yang memperlihatkan seorang warga Indonesia yang bekerja di Jepang. Ia pun menanggapi ucapan Bahlil tentang jiwa nasionalimenya.
“Dibalik keputusan kerja di LN, ada keluarga yg harus di naikkan derajatnya, biayain istri yang hamil dan anak yang harus di pastikan biaya kesehatan/pendidikannya. Biar keluarga kita sejahterah, karena bapak tdk bisa menjamin kesejahteraan keluarga kami, kami pekerja migrant Indonesia masuk urutan ke2 penyumbang terbesar devisa Negara,” tulis akun rumpi.
Baca Juga: Muncul Fenomena Ingin Pindah ke Luar Negeri, dari Mana Asalnya?
Di slide selanjutnya ada seorang pria yang mengomentari tentang tren kabur aja dulu.
“Tren kabur aja dulu, kami yang pindah keluar negeri malah diragunakan nasionalismenya,” ucap pria bertopi.
Ia mengatakan bahwa dibalik keputusan berat yang ia lakukan ternyata faktor keluarga. Bekerja di luar negeri bisa menaikan derajatnya (finansial),kebutuhan anak dan istri yang harus dipikirkan suami.
Baca Juga: Tiga Pekerja Korban Penembakan di Kantor MUI Dilarikan ke RS
Menurutnya kesejahteraan yang dialami keluarganya hanya bisa dinaikan oleh yang bersangkutan bukan dari pemerintah.
“Bisa bisanya diragukan nasionalismenya, hei pak, coba bapak pergi ke tempat teman bapak yang kerja di APBN, silakan buat di spill penyumbang devisa Negara terbesar ke-2 itu dari siapa pak,” imbuhnya.
“Nomor 1 dari migas, nomor dua itu dari siapa, dari saya bukan, dari teman-teman kami yang kerja diluar negeri,” sambungnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kami (pekerja luar negeri) sudah menyumbang triliunan rupiah pertahunnya.
Tak hanya itu saja, pria bertopi ini juga menantang apakah penjabat-penjabat di Indonesia bisa menunjukan nasionalismenya melebihi para pejuang devisa negara.
Karena diragukan nasionalismenya, pria yang bekerja di Jepang tersebut akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia, dan bekerja di Indonesia.