Teknologi

Geser Eksistensi Whoosh? KAI-Dedi Mulyadi Akan Luncurkan Kereta Kilat Pajajaran

29 November 2025 | 00:06 WIB
Geser Eksistensi Whoosh? KAI-Dedi Mulyadi Akan Luncurkan Kereta Kilat Pajajaran
Dedi Mulyadi dan KAI siap luncurkan layanan Kereta Kilat Pajajaran. [Instagram]

Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) resmi menyepakati pengembangan layanan kereta strategis bernama Kereta Kilat Pajajaran.

rb-1

Proyek ini ditujukan untuk memangkas waktu tempuh rute Gambir–Bandung menjadi sekitar 1,5 jam saja, sebuah lompatan signifikan dibandingkan layanan kereta konvensional saat ini.

Baca Juga: Kini Se-Jabar, Kebijakan Jam Malam Pernah Jadi Kontroversi saat KDM Bupati Purwakarta

rb-3

Kesepakatan ini diumumkan bersama oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dan jajaran KAI.

Menurut Dedi, program ini bukan hanya soal transportasi penumpang, tetapi juga membuka jalur logistik baru, terutama untuk sektor pertanian, dengan menyediakan gerbong logistik khusus.

Tekan Biaya Pangan

Baca Juga: Diterpa Isu Cerai Lagi, Anne Ratna Mustika Tunjukkan Keharmonisan dengan Suami Baru

Dedi Mulyadi dan KAI siap luncurkan Kereta Kilat Pajajaran. [Instagram]Dedi Mulyadi dan KAI siap luncurkan Kereta Kilat Pajajaran. [Instagram]

Tujuannya: menekan biaya distribusi pangan yang selama ini cukup tinggi jika menggunakan jalur darat. Ia bahkan berharap layanan ini nantinya bisa diperluas hingga kota-kota seperti Garut, Tasikmalaya, dan Banjar, dengan perkiraan waktu tempuh sekitar dua jam dari Bandung.

Selain proyek Kilat Pajajaran, kerja sama antara Pemprov Jabar dan KAI juga mencakup rencana menghidupkan kembali jalur wisata bersejarah “Jaka Lalana” yang melintasi Jakarta–Bogor–Sukabumi–Cianjur.

Jalur ini dinilai memiliki potensi besar untuk pariwisata dan sejarah. Di samping itu, rencana elektrifikasi jalur Padalarang–Cicalengka juga masuk dalam peta kerja mereka, demi mendukung mobilitas harian masyarakat Bandung Raya yang kini semakin padat.

Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menyatakan keseriusan pihaknya untuk mendukung proyek ini. KAI akan membentuk tim gabungan (joint working group) bersama Pemprov Jabar guna menyusun kajian teknis dan merancang tahapan pelaksanaannya.

Fokus utama di antaranya adalah penataan ulang kawasan stasiun, terutama Stasiun Bandung dan Stasiun Kiaracondong, agar mendukung layanan dan integrasi dengan moda transportasi lain.

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat telah menunjukkan komitmen mendukung proyek ini.

Menurutnya, momentum pembangunan infrastruktur kereta seperti Kilat Pajajaran akan meningkatkan konektivitas, memperlancar transportasi, serta mendongkrak perekonomian di wilayah utara dan selatan Jawa Barat.

Kesepakatan kerja sama ini resmi ditandatangani pada 25 November 2025 di Purwakarta, disaksikan oleh Wakil Menteri Perhubungan.

Mengapa Kilat Pajajaran Bisa Mmenantang Whoosh?

Kereta cepat Whoosh. [Instagram]Kereta cepat Whoosh. [Instagram]Kilat Pajajaran menjanjikan waktu tempuh Jakarta–Bandung selama 1,5 jam, jauh lebih cepat dari kereta reguler (2,5–3 jam), sehingga menjadi alternatif menarik bagi penumpang yang mencari harga dan layanan cepat tanpa harus bayar mahal seperti kereta cepat.

Proyek ini dirancang juga sebagai layanan “kereta kilat” konvensional (bukan high-speed), yang cenderung memiliki tarif lebih terjangkau daripada Whoosh karena infrastruktur dan operasinya berbeda.

Karena lebih murah dan tetap relatif cepat, Kilat Pajajaran bisa menarik segmen penumpang menengah bawah/makan efisien, terutama pekerja, pelajar, atau orang yang sering bolak-balik Jakarta–Bandung namun tak bisa / tak mau bayar tarif tinggi Whoosh.

Whoosh Tetap Punya Pasar Tersendiri

Whoosh adalah kereta cepat sejati, kecepatannya jauh di atas kereta konvensional biasa atau “kilat”.

Waktu tempuh 40–45 menit untuk rute Jakarta–Bandung membuat Whoosh ideal bagi penumpang yang valuasi waktunya sangat tinggi dan siap membayar lebih demi efisiensi.

Siapa yang butuh mobilitas super cepat, misalnya pebisnis, pekerja kantor dengan jadwal sangat padat, atau orang yang sering bepergian jauh dalam waktu singkat, besar kemungkinan tetap memilih Whoosh.

Infrastruktur, kenyamanan, dan kecepatan tinggi Whoosh tetap jadi keunggulan yang sulit disaingi oleh layanan “kilat konvensional.”

Kilat Pajajaran dan Whoosh Bisa Berdampingan

Kilat Pajajaran berpotensi besar menarik segmen pengguna berbeda dibanding Whoosh, terutama mereka yang cari harga lebih ramah dan waktu tempuh yang jauh lebih baik dari kereta biasa.

Sementara itu, Whoosh tetap punya pangsa pasar sendiri: mereka yang butuh kecepatan maksimal dan siap membayar premium.

Jadi, alih-alih “menggerus” pasar Whoosh sepenuhnya, Kilat Pajajaran kemungkinan besar melengkapi ekosistem transportasi rel di Jawa Barat atau Jakarta, menghadirkan pilihan lebih beragam sesuai kebutuhan pengguna.

Tag kdm dedi mulyadi kai whoosh