Harga Beras Masih Mahal, Ini Penjelasan Bulog
Ekonomi Bisnis

FTNews- Harga beras saat ini masih tergolong mahal terutama setelah bulan Ramadan dan Idulfitri. Hal ini tentu menjadi keluhan masyarakat.
Merespons hal tersebut, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga beras di pasar ritel masih tinggi.
Seperti perkiraan bila musim panen masih akan berisiko atau tidak sebaik yang diharapkan.
Baca Juga: Hari ke-23 Operasional Haji, 162 Ribu Jemaah Tiba di Arab Saudi
“Itu saya kira satu faktor ya, kalau kita sekarang bisa memperkirakan bahwa pada musim yang akan datang mungkin panen tidak sebaik yang diharapkan atau berisiko tidak sebaik yang diharapkan, berarti pedagang juga tahu,†kata Bayu, Jumat (3/5).
Tak hanga itu, ia menambahkan bahwa gesekan geopolitik global hingga menguatnya USD terhadap nilai tukar rupiah pun membuat sejumlah harga komoditas di dalam negeri bergejolak naik, termasuk beras.
Menurutnya, harga komoditas di pasar internasional masih fluktuatif, sehingga berpengaruh besar terhadap pasar lokal.
Baca Juga: Beras Masih Mahal, Pemprov Sumut Gencarkan Pasar Murah
“Kedua, masalah situasi internasional dengan ketegangan geopolitik. Plus kurs (USD) itu akan membuat juga harga internasional masih akan fluktuasi. Pedagang juga tahu itu, jadi tampaknya teman-teman di ritel itu memperhitungkan faktor-faktor tadi,â€paparnya.
“Itu lah sebabnya ke depan saya kira dalam usaha untuk menstabilkan pangan, khususnya beras harus lebih punya lagi kemampuan di ritel ya,†sambung Bayu.
Namun demikian, Bayu menyebut Bulog berkomitmen menyusun program strategis agar bisa merespons kondisi pasar di tingkat global dan lokal.
Sehingga, harga beras di tingkat petani masih tetap stabil.
“Pemerintah juga punya instrumen untuk melakukan intervensi di ritel ya. Jadi kita amankan harga petani jangan sampai mereka menjadi merugi. Tapi pada saat yang sama punya intervensi yang non bantuan pangan,â€pungkasnya.
Sebab kata Bayu, bantuan pangan itu adalah untuk kelompok masyarakat yang relatif berpendapatan rendah.