Iktikaf, Mencari Keberkahan Nuzulul Qur'an
Sosial Budaya

FTNews - Banyak cara mencari keberkahan sambil menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Salah satunya iktikaf. Salah satu ibadah yang hanya dilaksanakan pada Ramadan. Ibadah ini bersifat sunnah dan tidak wajib.
Meskipun ibadah ini sunnah. Hukumnya berubah menjadi wajib, makruh, atau bahkan haram bergantung pada kondisinya. Sunnah, artinya bila dikerjakan mendapat pahala, apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Iktikaf menjadi wajib bila dinadzarkan, haram apabila dilakukan oleh seorang istri atau hamba sahaya tanpa izin. Kemudian, menjadi makruh, jika dilakukan oleh perempuan yang bertingkah dan mengundang fitnah meski disertai izin.
Baca Juga: Yang Mau Mudik, Tiket Kereta Lebaran 2024 Sudah Bisa Dipesan Lho!
Menjelang berakhirnya Ramadan, FTNews berkesempatan mengunjungi Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (2/4) untuk berbincang dengan peserta iktikaf mandiri.
Iktikaf Suasana Menunggu berbuka puasa di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (2/4). Foto: FTNews/Muhamad Nur Alfiyan
Hukum Iktikaf
Baca Juga: Hari ke-16 Ramadan, 6.888 Warga Tinggalkan Jakarta Gunakan Kereta Api
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, bahwa ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan i’tikaf pada sepuluh akhir di bulan Ramadhan dan bersabda:
تَØÙŽØ±Ù‘َوْا لَيْلَةَ الْقَدْر٠ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙŽØ´Ù’Ø±Ù Ø§Ù„Ø£ÙŽÙˆÙŽØ§Ø®ÙØ±Ù Ù…Ùنْ رَمَضَانَ.
‘Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan,’.
Cerita Jamaah Iktikaf
Suwandi (56) asal Magelang, Jawa Tengah, mengaku tujuannya melaksanakan iktikaf untuk mendapat berkah Nurulul Qur'an (malam turunnya Al-Qur'an).
"Saya berharap mendapatkan keberkahan Nuzulul Qur'an," ungkapnya kepada FTNews, Selasa (2/4).
Pada malam Nuzulul Qur'an, malaikat akan turun ke Bumi dan mendoakan setiap orang yang melaksanakan ibadah.
Pada malam Nuzulul Qur'an juga terbilang spesial karena menjadi momen terjadinya penyampaian informasi atau wahyu yang ditunjukkan dari Allah SWT agar manusia bisa mencapai kebenaran.
Iktikaf Suasana menunggu berbuka puasa di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (2/4). Foto: FTNews/Muhamad Nur Alfiyan
Suwandi mengaku hari ini merupakan hari pertama dirinya melaksanakan iktikaf. "Ini baru hari pertama, Insyaallah sampai takbiran saya di sini," katanya.
Suwandi menuturkan istri dan anaknya sangat merestui ibadah yang dirinya lakukan. Mereka menitipkan doa agar diampuni oleh Allah SWT.
"Udah pasti anak dan istri titip doa. Istri saya minta didoakan agar diampuni dosa, sehat dan dihindari penyakit. Kalau anak saya minta cepat dipertemukan dengan jodohnya," tuturnya.
"Karena kan, doa seorang musafir Insyallah dikabulkan," tambahnya.
Namun demikian, ia menekankan, iktikaf boleh dilakukan asalnya seluruh kewajiban di rumah terselesaikan. "Kalau kita langsung pergi aja itu malah dosa," tutupnya.
Seperti Suwandi, Al Ansori (24) asal Lebak, Banten juga mengaku baru pertama kali melakukan iktikaf di Istiqlal pada tahun ini. "Saya baru hari ini. Rencananya sampai menjelang malam takbiran," ujarnya.
Ansori tidak sendiri ke Istiqlal, dia bersama Anwar, saudara laki-lakinya. "Sengaja kita ke sini berdua, emang niat kita mau ibadah," katanya.
Iktikaf Suasana iktikaf jamaah perempuan di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (2/4). Foto: FTNews/Sarah Fiba
Tradisi
Laili Nur Hikmah (46), jamaah asal Padang mengaku setiap tahun melaksanakan iktikaf di Istiqlal. "Memang sudah tradisi sih di kami itu setiap tahun iktikaf tapi ke masjid Istiqlal ini baru dua tahunan ini aja," ungkapnya.
Manfaat yang ia rasakan selama iktikaf ini membuatnya semakin semangat ibadah. Selain menjalin kedekatan dengan Sang Pencipta, ia mengaku banyak kenal teman baru selama melaksanakan ibadah ini di Istiqlal.
"Merasa semakin dekat dengan Allah dan makin ga ada jarak. Kalau berdoa karena ibadah ga cuma salat wajib, tapi sunnahnya juga banyak," jelasnya.