Ilmuwan Temukan Cara Selamatkan Populasi Badak Putih
Teknologi

FTNews - Di Benua Afrika, terdapat banyak hewan endemik salah satunya badak putih. Badak ini memiliki dua subspesies, yakni badak putih utara dan badak putih selatan.
Saat ini, estimasi badak putih selatan masih ada 16.803 ekor di dunia. Namun, sebanyak dua ekor badak putih utara yang tersisa di permukaan Bumi ini.
Yang menjadi permasalahan adalah kedua badak ini adalah betina sehingga mereka tidak bisa beranak pinak. Jika pembuahan ini tidak dapat terjadi, maka populasi badak di Bumi ini akan punah. Oleh karena itu, para ilmuwan sudah menganggap badak putih utara sudah punah secara teknis.
Baca Juga: Mantan Bos Kripto FTX Dipenjara Selama 25 Tahun
IVF Untuk Penyelamatan Badak Putih Utara
Beberapa embrio badak putih utara yang disimpan di Institut Penelitian Kebun Binatang dan Margasatwa Leibniz di Berlin. Foto: BBC/Kevin Church
Melansir dari BBC, ilmuwan dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife (IZW) Research di Jerman mengatakan bahwa mereka berhasil dapat mengubah situasi ini. Metode yang akan digunakan untuk penyelamatan populasi badak putih utara ini adalah dengan cara melakukan IVF atau In Vitro Fertilization.
Baca Juga: Partai Politik di Denmark Percayakan AI untuk Dengar Aspirasi Masyarakat
IVF adalah sebuah cara untuk melakukan fertilisasi di mana sel telur dan sperma bertemu di luar tubuh. Mereka mengatakan bahwa mereka berhasil melakukan pemindahan embrio badak buatan ke badak betina pengganti.
“Untuk mencapai keberhasilan transfer embrio pertama pada badak merupakan sebuah langkah besar,†ungkap Susanne Holtze, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam proyek ini.
“Saya berpikir dengan pencapaian ini, kami sangat yakin bahwa kami akan mampu menciptakan badak putih utara dengan cara yang sama dan kami akan mampu menyelamatkan spesies tersebut,†lanjutnya.
Proyek ini telah melalui banyak rintangan selama bertahun-tahun untuk mencapai titik ini. Dari bagaimana cara mengambil sel telur dari satwa tersebut, membuat embrio buatan pertama kali di dunia, dan bagaimana dan kapan mengimplan embrio tersebut.
Mereka telah melakukan 13 percobaan hingga mencapai keberhasilan ini. Akan tetapi, setelah 70 hari mengandung, badak betina pengganti tersebut mati karena infeksi Clostridia.
Bakteri infeksi ini berasal dari tanah yang sangat berbahaya bagi satwa. Berdasarkan hasil otopsi, fetus kandungan badak betina ini tumbuh dengan sangat baik dan memiliki kesempatan hidup sebesar 95 persen.
Para peneliti percaya akan keberhasilan proyek untuk menyelamatkan populasi badak putih utara ini. Namun, masih ada satu permasalahan lagi yang harus mereka hadapi.
Dua badak putih utara yang tersisa tidak bisa mengandung anak karena permasalahan umur dan kesehatan. Lalu, ilmuwan belum pernah melakukan pembuahan silang antara subspesies, yaitu transfer embrio ke badak putih selatan.
Akan tetapi, para ilmuwan masih tetap percaya akan keberhasilan program ini. Hal ini juga disampaikan oleh Direktur Leibniz Prof. Thomas Hildebrandt.
“Saya pikir situasi badak putih utara cukup menguntungkan untuk transfer embrio karena kita memiliki penerima yang berkerabat dekat. Jadi peta internal mereka hampir sama,†ungkapnya.