Ini Cara Jaringan Starbucks Bertahan meski Konsumen Sedang Kesulitan Keuangan
Ekonomi Bisnis
 190920259.jpg)
Seiring inflasi yang terus memanas dan ketidakpastian ekonomi yang mengguncang konsumen khususnya di Amerika Serikat (AS), CEO Starbucks Brian Niccol mengatakan ia memiliki solusi agar jaringan kopi itu tidak menderita akibat pelanggan yang mulai menahan diri membeli latte seharga 6 atau 7 dolar AS (Rp96 ribu– Rp112 ribu).
Niccol mengatakan dalam Fast Company Innovation Festival bahwa ia tidak percaya lanskap ekonomi yang bergejolak akan mengimbangi capaian Starbucks karena “komitmen pada kerajinan dan kualitas” serta “pengalaman pelanggan yang hebat.”
Jabatan Tahun Kedua
Baca Juga: Promo Gede Starbuck Senin, 25 Agustus 2025: Ada Diskon hingga 70%
Tulisan tangan pada kemasan minuman Starbuck. (instagram starbuck)
Dikutip Fortune, CEO Starbucks itu baru saja melewati satu tahun masa jabatannya memimpin raksasa kopi tersebut dan merayakan ulang tahun rencana “Kembali ke Starbucks” yang bertujuan mengembalikan perusahaan pada akarnya sebagai “ruang ketiga” yang nyaman, tempat pelanggan dapat dengan santai menikmati minuman mereka.
Inti dari visi Niccol bukan hanya membangun kembali keinginan pelanggan untuk berlama-lama di toko, tetapi juga membangun hubungan dengan barista melalui serangkaian sentuhan personal seperti catatan tulisan tangan yang ditorehkan pada gelas kopi. Visinya juga mencakup pemanfaatan otomasi di balik meja dan penyederhanaan menu agar barista memiliki lebih banyak waktu tatap muka dengan pelanggan.
“Ketika saya bertanya kepada orang-orang, sebutkan saya sebuah perusahaan dengan layanan pelanggan yang hebat, biasanya saya mendapat tatapan kosong,” kata Niccol.
“Itu menunjukkan kepada saya, sejak awal, ada peluang besar untuk menjadi perusahaan layanan pelanggan yang mendefinisikan standar.”
“Ada nilai yang sangat besar dalam menjadi perusahaan dengan layanan pelanggan kelas dunia yang dipadukan dengan kerajinan yang hebat, makanan berkualitas tinggi,” tambahnya.
“Ketika Anda melihat penggabungan dua hal tersebut dengan harga yang harus kami tetapkan, saya pikir itu akan terbukti tak ternilai.”
Kembali ke Ruang Ketiga
Produk Starbuck. (instagram starbuck)
Satu tahun setelah percobaan “Kembali ke Starbucks”, perusahaan telah melihat keberhasilan yang beragam. Pada Juli, perusahaan melaporkan kuartal keenam berturut-turut dengan penurunan penjualan di toko yang sama di AS, termasuk 2% pada kuartal ketiga.
Starbucks juga melaporkan penurunan 4% dalam transaksi yang sebanding. Saham perusahaan turun sekitar 9% sepanjang tahun berjalan.
Namun, pada Juli Niccol juga mengatakan rencana pemulihan “lebih cepat dari jadwal.” Ia mengutip data internal yang menunjukkan pelanggan memperhatikan peningkatan kecepatan, keramahan, dan ketepatan pesanan.
Peningkatan itu juga meluas pada cara konsumen memandang harga Starbucks, dengan persepsi nilai pelanggan mencapai titik tertinggi dalam dua tahun, kata Niccol, didorong oleh pelanggan Gen Z dan milenial yang kini mencakup lebih dari separuh basis konsumen Starbucks.
Transaksi di antara pelanggan non-rewards juga meningkat dari tahun ke tahun.
“Skor keterhubungan pelanggan naik dan keluhan pelanggan turun, baik dari kuartal ke kuartal maupun dari tahun ke tahun,” kata Niccol dalam presentasi laba.
Niccol mencatat bahwa banyak perubahan Starbucks ia dasarkan pada pengamatan langsung saat mengunjungi lokasi.
“Saya masuk ke sebuah toko. Colokan listrik tertutup atau tidak berfungsi, kursi tidak cukup,” kata Niccol pada Selasa.