Jangan Lupakan Reforestasi Mangrove untuk Atasi Rob dan Abrasi

FTNews - Upaya untuk mencegah instrusi dan kenaikan air laut ke darat harus ditempuh dengan berbagai pendekatan. Tidak hanya dari aspek infrastruktur tetapi juga perlu pendekatan ekologis yang ramah lingkungan.

Pengamat tata kota Nirwono Joga mengungkapkan, perlu kaji ulang pembangunan Giant Sea Wall. Pembangunan dan pemeliharaannya relatif mahal.

"Serta seberapa besar efektivitas Giant Sea Wall ke depannya misalnya dalam mengantisipasi Jakarta tenggelam," katanya menjawab FTNews, di Jakarta, Kamis (11/1).

Baca Juga: Pemilu 2024 Sudah Dekat, Hati-hati Serangan Fajar!

Menurutnya, mengapa tidak memilih atau memadukan pendekatan yang lebih ramah lingkungan seperti restorasi kawasan pesisir Pantura Jakarta.

Upaya itu seperti reforestasi mangrove sebagai benteng alami merendam banjir rob, tsunami dan ancaman tenggelam. Berbiaya lebih murah dan mudah dalam jangka panjang.

Di samping itu lanjutnya, pemerintah ke depan juga harus fokus menyelesaikan penyebab utama tenggelamnya pesisir Pantura Jakarta.

Baca Juga: Gempa 7,4 Magnitudo Merusak Pulau Selayar

"Pemadatan alami lapisan tanah aluvial kawasan Jakarta Utara membuat penurunan tanah secara alami tetapi lambat dalam jangka lama," paparnya.

Selain itu, masih terjadi penyedotan air tanah secara tidak terkendali karena keterbatasan pasokan sistem penyediaan air bersih bagi warga.

Kemudian juga air untuk kebutuhan gedung dan industri yang mempercepat penurunan muka tanah di kawasan pesisir.

Tak hanya itu, beban kendaraan berat, truk-truk logistik, gedung-gedung tinggi menambah beban tanah dan mempercepat pemadatan atau penurunan tanah.

"Jadi semua itu harus diatasi," tandasnya.

Sebelumnya dalam sebuah seminar di Jakarta, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendorong optimalisasi pembangunan Giant Sea Wall untuk melindungi warga Pulau Jawa dari kenaikan air laut dan abrasi.