Juliana Marins dan Tragedi Rinjani: Ketika Mimpi Pendakian Berakhir Duka
Daerah

Juliana Marins, seorang pendaki asal Brasil, mengalami kecelakaan tragis saat mendaki Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun, Lombok. Jalur tersebut dikenal memiliki medan terjal, curam, serta berbatu, yang menjadikannya salah satu jalur paling menantang di kawasan Asia Tenggara.
Dikenal sebagai sosok petualang dan pencinta alam, Juliana memilih Rinjani sebagai salah satu tujuan pendakian impiannya. Di akun Instagram pribadinya, ia kerap membagikan momen-momen mendaki gunung bersama teman-temannya di berbagai belahan dunia.
Perkiraan jatunya Juliana (x.com/princecprxn)
Baca Juga: Usai Diautopsi, Jenazah Juliana Marins Dipulangkan ke Brasil
Rinjani menjadi salah satu target pendakiannya karena reputasinya sebagai gunung ikonik dan tertinggi kedua di Indonesia.
Sayangnya, semangat petualangan Juliana harus berakhir dengan tragedi. Pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, sekitar pukul 06.30 WITA, ia dilaporkan merasa kelelahan dan meminta untuk beristirahat.
Namun, rekan rombongannya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena tekanan jadwal dan cuaca yang mulai memburuk. Tak lama setelah ditinggal, Juliana tergelincir dan jatuh ke jurang dalam di kawasan Cemara Tunggal, mengarah ke Danau Segara Anak.
Baca Juga: Juliana Marins Bukan yang Pertama, Agam Rinjani Pernah Evakuasi Jenazah Turis Asing di 2022
Proses Penyelamatan yang Sulit dan Penuh Kendala
Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, Taman Nasional Gunung Rinjani, BPBD, dan relawan lokal, langsung dikerahkan begitu laporan masuk.
Namun, cuaca buruk dan kabut tebal menjadi hambatan utama. Salah satu wisatawan bahkan sempat merekam keberadaan Juliana yang masih terlihat bergerak di dasar jurang menggunakan drone, namun medan yang ekstrem membuat penyelamatan tak bisa dilakukan secepat yang diharapkan.
Upaya penyelamatan memakan waktu berhari-hari. Setelah berbagai upaya yang penuh tantangan, pada Selasa, 24 Juni 2025, tim akhirnya berhasil menemukan jasad Juliana di kedalaman sekitar 500 meter dari titik awal jatuh.
Proses evakuasi dilakukan dengan sangat hati-hati untuk memastikan keselamatan tim serta menghormati kondisi korban.
Keluarga Juliana, yang aktif membagikan perkembangan pencarian melalui akun Instagram khusus, harus menerima kenyataan pahit bahwa sang putri tak berhasil diselamatkan.
Duka pun menyelimuti banyak kalangan, khususnya komunitas pendaki dunia yang mengenal Juliana sebagai pendaki yang tangguh dan penuh semangat.
Peringatan Bagi Destinasi Wisata Ekstrem
Penyelamatan Juliana (x.com/princecprxn)
Peristiwa meninggalnya Juliana Marins menjadi tamparan keras bagi sistem pengelolaan keamanan di destinasi wisata ekstrem seperti Rinjani.
Banyak pihak menilai perlunya peningkatan protokol keselamatan, pengawasan, serta edukasi risiko bagi wisatawan, khususnya pendaki asing yang belum familiar dengan kondisi geografis setempat.
Komunitas pendaki dari berbagai negara memberikan penghormatan kepada Juliana, mengenangnya sebagai sosok yang berani, mencintai alam, dan memiliki jiwa petualang sejati.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa alam, seindah apa pun, tetap menyimpan risiko yang besar—dan sudah seharusnya dikelola dengan sistem pengamanan yang lebih ketat dan tanggap.