Penyelamatan Juliana di Rinjani Tuai Kritik Warganet Brasil: Proses Terlambat?
Daerah

Kasus jatuhnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di jurang Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6), menjadi sorotan luas, tak hanya di Indonesia, tapi juga di negara asalnya.
Perempuan berusia 27 tahun itu dilaporkan terpeleset dan terjatuh ke jurang dalam di kawasan Cemara Nunggal, menuju arah Danau Segara Anak.
Juliana terjebak selama hampir 48 jam tanpa asupan makanan dan minuman, sebelum akhirnya tim penyelamat mulai menjangkau titik keberadaannya.
Baca Juga: Profil Juliana Marins, Pendaki Brazil yang Meninggal Dunia di Gunung Rinjani
MasterChef Malaysia, Etiqah Siti Noorashikeen Sulang (YouTube/Vivi Matahari)
Setelah menerima laporan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Kantor SAR Mataram segera mengirimkan tim ke lokasi untuk melakukan penyelamatan.
Namun, cuaca buruk dan medan ekstrem menjadi tantangan besar. Koordinator Lapangan SAR Mataram, I Kadek Agung Ariawan, mengonfirmasi bahwa medan di lokasi sangat curam dan sulit dijangkau.
Baca Juga: Hasil Autopsi Juliana Marins, Hanya Bertahan 20 Menit Usai Jatuh di Gunung Rinjani
“Korban jatuh di jurang dengan kontur ekstrem di kawasan Cemara Nunggal,” terangnya.
Kritik terhadap Lambannya Evakuasi dan Respons Warganet Brasil
Respons atas penanganan insiden ini pun ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di kalangan warganet Brasil. Salah satu akun X populer asal Brasil, @poponze, yang memiliki lebih dari 132 ribu pengikut, membagikan kritik keras terhadap lambatnya evakuasi.
Ia menuliskan bahwa keluarga korban menilai pemerintah Indonesia "berbohong" dalam klaim bahwa korban telah diselamatkan, dan menyebut video penyelamatan yang beredar sebagai "rekayasa".
Dalam cuitan lainnya, ia menyampaikan bahwa proses evakuasi baru dilakukan setelah lebih dari 30 jam, padahal menurut kesaksian warga Brasil di lokasi, cuaca saat itu cukup cerah.
Namun karena keputusan penyelamatan ditunda, hari mulai gelap dan suhu turun drastis, membuat korban harus menunggu lebih lama lagi di lokasi yang berbahaya.
Meski demikian, seiring berjalannya waktu, sebagian warganet Brasil mulai memahami bahwa kondisi geografis dan cuaca di Gunung Rinjani sangat menantang.
Poponze kemudian mengakui bahwa medan tempat jatuhnya Juliana ternyata lebih jauh dari perkiraan awal, yakni sekitar satu kilometer dari jalur pendakian.
“Meskipun kabut tebal menghambat, tim penyelamat tetap berupaya keras untuk menuruni gunung dan menemukan Juliana,” tulisnya.
Tim SAR Temukan Korban di Kedalaman 600 Meter
Pada Selasa, 24 Juni 2025, Tim SAR akhirnya berhasil menjangkau titik keberadaan Juliana Marins di kedalaman 600 meter, lebih dalam dari estimasi awal yang hanya 400 meter.
Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Basarnas Marsekal Madya Mohammad Syafii.
“Pukul 18.00 WITA, rescuer Hafid berhasil mencapai titik yang kami sebut datum point, di mana korban berada,” ungkapnya.
Proses penyelamatan yang penuh risiko ini juga terkendala oleh keterbatasan helikopter penyelamat yang dimiliki Basarnas, yakni AW139 dan AS365.
Menurut pilot Gerry Soejatman, penggunaan helikopter untuk evakuasi di ketinggian 10.000 kaki sangat bergantung pada faktor cuaca, kemampuan teknis, dan kesiapan tim lapangan.