Kisah Mbok Yem Buka Warung di Puncak Gunung Lawu, Berawal dari Mencari Jamu
Lifestyle
.png)
Wakiyem atau yang lebih dikenal dengan nama Mbok Yem selaku pemilik warung legendaris di puncak Gunung Lawu, meninggal dunia pada Rabu (23/4). Mbok Yem tutup usia di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Magetan, Jawa Timur, dalam usia 82 tahun.
Nama Mbok Yem menjadi legenda setelah membuka warung makan pertama di puncak Gunung Lawu sejak 1980-an. Mbok Yem dikenal sebagai sosok yang sangat dicintai oleh komunitas para pendaki Gunung Lawu. Warung Mbok Yem tidak hanya sekadar tempat jualan, tapi juga menjadi tempat berkumpul dan berteduh para pendaki yang ingin melepas lelah. Tidak terasa sudah 35 tahun Mbok Yem membuka warung di puncak Gunung Lawu. Sudah ribuan pendaki yang merasa tertolong dengan keberadaan warung Mbok Yem.
Kisah Mbok Yem membuka warung sederhana di puncak Gunung Lawu berawal dari pekerjaannya yang mencari tumbuhan jamu herbal. Kala itu ada pendaki yang yang membutuhkan makanan karena tak membawa bekal, Mbok Yem pun akhirnya mencoba berjualan dari bekal yang dia bawa untuk mencari jamu. Hal tersebut diceritakan oleh Syaiful Gimbal, cucu Mbok Yem.
Baca Juga: Terungkap Keinginan Mbok Yem Sebelum Meninggal : Tinggal Bersama Anak dan Cucu!
“Ya awalnya itu kan ada pendaki yang butuh makanan karena tidak membawa bekal. Kemudian Mbok Yem akhirnya mencoba berjualan dari bekal yang dia bawa untuk mencari jamu,” ujar Syaiful Gimbal.
Ia pun pernah merasakan betapa beratnya pekerjaan Mbok Yem saat masih mencari tumbuhan jamu herbal sebelum membuka warung. Saat masih kelas 5 SD dirinya sempat menyusul Mbok Yem dan bermalam di tengah hutan Gunung Lawu.
“Kalau bermalam di Gunung Lawu dulu Mbok Yem tidurnya gali sisi bukit, gali tanah seperti di dalam galian biar hangat. Kalau di luar dingin sekali. Saya pernah ikut sekali saat kelas 5 SD,” cerita sang cucu.
Baca Juga: Kabar Duka, Mbok Yem Pemilik Warung Legendaris Puncak Gunung Lawu Meninggal Dunia
Kini setelah Mbok Yem wafat, soal nasib warung bersejarah yang berdiri di titik tertinggi jalur pendakian itu keluarga masih mempertimbangkan mengenai kelanjutannya. Syaiful juga mengungkapkan, sebelum Mbok Yem meninggal sudah mengutarakan niatnya untuk tidak lagi kembali ke warung di Puncak Gunung Lawu. Mbok Yem merasa sudah cukup dan ingin menghabiskan masa tuanya bersama anak dan cucunya.
“Beliau sudah bilang ingin istirahat, tidak ingin naik gunung lagi. Maunya tinggal di rumah bareng keluarga,” jelasnya.
Sejak awal Februari 2025, Mbok Yem sakit pneumonia yang membuat kesehatannya menurun drastis. Dia sempat dirawat di RSUD Ponorogo dan RSI Aisyah Ponorogo. Karena kondisi yang memburuk di awal Maret 2025 ia terpaksa turun gunung lebih awal. Hingga kabar duka itu tiba. Kini jenazah Mbok Yem saat ini disemayamkan di rumah duka dan akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Gonggang, Magetan.