Liburan Berujung Petaka, Jeon Hye-bin Kecurian Uang Rp177 Juta di Ubud

Liburan yang seharusnya membawa kebahagiaan justru berubah menjadi pengalaman pahit bagi aktris Korea Selatan, Jeon Hye-bin. Saat berkunjung ke Ubud, Bali, ia kehilangan kartu kredit dan dalam hitungan menit sejumlah uang besar raib dari rekeningnya.

Lewat akun Instagram pribadinya, @heavenbin83, pada 1 Oktober 2025, Jeon membagikan kejadian mengejutkan itu. Ia menulis bahwa kartu kreditnya dicuri dan hanya 10 menit setelah hilang, uang sebesar 15 juta Won Korea (sekitar Rp177 juta) langsung ditarik pelaku.

“Kartu saya dicuri di area ini dan 15 juta won telah ditagih. Hati-hati semua yang sedang atau akan berkunjung ke Ubud,” tulisnya.

Baca Juga: Shin Hye Sun Comeback di Drama Kantor Penuh Skandal, Siap Tebar Chemistry Lagi

Heboh di Media Sosial

update artis korea (Instagram)

Unggahan Jeon sontak menyebar luas di Instagram hingga Twitter (X). Salah satu akun @tang__kira mengutip pernyataannya dan menarik perhatian puluhan ribu netizen. Cuitan itu bahkan sudah ditayangkan lebih dari 90 ribu kali.

Respons warganet pun beragam, namun mayoritas menyoroti lemahnya keamanan untuk turis di Bali. Beberapa komentar bernada kritik tajam terhadap aparat penegak hukum yang dianggap tidak serius melindungi wisatawan. Bahkan ada netizen yang menyindir bahwa banyak wisatawan kini lebih memilih Thailand ketimbang Indonesia.

Baca Juga: Viral TPA Tutup, Gubernur Bali Wayan Koster Minta Warganya Urus Sampah Masing-Masing

Dampak Terhadap Citra Pariwisata Bali

Kejadian yang menimpa Jeon Hye-bin bukanlah insiden pertama yang menimpa wisatawan asing di Bali. Kasus pencurian dan penipuan semacam ini, meski tidak dominan, tetap menjadi noda di balik reputasi Bali sebagai “Pulau Dewata”.

Namun, karena kali ini menimpa seorang selebriti internasional, dampaknya lebih besar. Pemberitaan cepat dan luas melalui media sosial berpotensi memengaruhi persepsi global terhadap keamanan wisata di Indonesia.

Jika tidak ditangani dengan cepat dan tegas, kasus-kasus seperti ini dapat menurunkan tingkat kepercayaan wisatawan. Di era digital, satu pengalaman buruk bisa menyebar ke seluruh dunia dalam sekejap, memengaruhi keputusan ribuan turis lain untuk datang atau justru membatalkan perjalanan ke Bali.

Perlunya Respons Cepat dan Perlindungan Wisatawan

Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah dan aparat hukum untuk memperkuat sistem keamanan pariwisata. Bali, sebagai ikon wisata dunia, membutuhkan perlindungan ekstra bagi wisatawan mancanegara. Kecepatan aparat dalam menangani kasus semacam ini akan sangat menentukan citra Indonesia di mata global.