Marak Ditemukan Beras Oplosan, Begini Kata Ekonom Sumut
Ekonomi Bisnis

Beberapa hari belakangan, beras oplosan tengah ramai dibicarakan di tengah publik.
Hal itu pun menarik perhatian pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin.
Dirinya menilai masyarakat kerap luput atau tidak mengetahui perbedaannya.
Baca Juga: Supply Diperkirakan Naik, Harga Cabai Merah Berpeluang Turun
Dalam parakteknya, beras yang didistribusikan ke masyarakat memiliki ragam kualitas yang berbeda.
Butuh Monitoring Tentukan Kualitas Beras
Ilustrasi beras oplosan yang beredar di tengah masyarakat. [Instagram]
Baca Juga: Rupiah Semakin Perkasa Terhadap US Dollar, IHSG Menguat Tajam
Namun memang dibutuhkan pengawasan atau monitoring untuk memastikan bahwa kualitas beras yang dijual itu sesuai dengan kemasan yang tercantum.
"Khususnya untuk beras yang dilabeli dengan kualitas medium atau premium. Karena masyarakat umumnya langsung percaya dengan kemasan tanpa mengecek secara langsung. Jadi kalau pemerintah ingin memastikan bahwa beras yang didistribusikan ke masyarakat memenuhi kriteria kualitas yang sesuai dengan kemasannya, maka bisa dilakukan dengan cara mengambil sampel beras secara berkala untuk dilakukan pengujian di laboratorium," ujarnya, Selasa (15/7/2025).
Karena sambungnya, kalau masyarakat yang diminta untuk melakukan penilaian secara mandiri terhadap kualitas beras, masyarakat pada umumnya lebih melihat warna beras, baunya, pecahannya berikut harganya.
Dari kriteria tersebut masyarakat juga tidak bisa lantas menyimpulkan apakah beras tersebut termasuk dalam kategori medium, premium atau jenis lainnya.
"Apalagi kalau mengacu kepada kriteria lain seperti presentase derajat sosoh, kadar air, butir menir hingga butir patah. Jelas untuk memastikan presentase dari kadar beras tersebut dibutuhkan bantuan alat atau teknologi. Sehingga saya menyarankan fungsi pengawasan atau kontrol sebaiknya dilakukan di level pemerintah, masyarakat tinggal menikmati saja," ucap Benjamin.
Karena kalau mengandalkan laporan masyarakat, dirinya meragukan kemampuan masyarakat untuk memilah jenis beras tesebut berdasarkan derajat kualitasnya.
Karena potensi laporannya salah cukup besar.
Cara Identifikasi Beras Oplosan atau Tidak
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin. [Instagram]
Untuk mengidentifikasi awal apakah beras berpotensi dioplos atau tidak sebenarnya cukup mudah.
Tinggal hitung berapa HPP (harga pokok produksi) di level kilang, lantas bandingkan dengan harga di level konsumen.
"Sebagai contoh, jika harga gabah kering giling di level produsen sebesar 8.000 per Kg, sementara rasio gabah menjadi besar sebanyak 50%, namun harga beras dijual diikisaran 14 ribu per Kg. Padahal harga keekonomiannya bisa mencapai 16 ribu per Kg. Dari contoh tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa harga beras yang dijual terbilang murah," terangnya.
Ada kemungkinan beras tersebut dioplos, atau kilang menekan untung, bisa jadi beratnya tidak sesuai takaran, atau kemungkinan lain yang bisa ditindak lanjuti.
Jadi memang fungsi pengawasan itu bisa dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa masyarakat membeli beras sesuai dengan kualitasnya.