Masih Banyak Guru belum S1 Termasuk di Tingkat SMA dan SMK, Ini Kebijakan Kemendikdasmen

Nasional

Sabtu, 20 September 2025 | 23:49 WIB
Masih Banyak Guru belum S1 Termasuk di Tingkat SMA dan SMK, Ini Kebijakan Kemendikdasmen
Ilustrasi guru. [Pexels]

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmennya meningkatkan kualitas guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).

rb-1

Program ini dirancang untuk membantu guru-guru yang belum bergelar sarjana agar dapat segera memenuhi kualifikasi akademik minimal S1, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Direktur Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal (PNF), Direktorat Jenderal GTK, PG Suparto, mengungkapkan bahwa saat ini masih terdapat sekitar 233.818 guru dari jenjang PAUD hingga menengah yang belum bergelar S1.

rb-3

Dari jumlah tersebut, sebanyak 99.725 berada di TK formal, 88.999 di Pendidikan Kesetaraan, 24.850 di SDLB, 1.653 di SLB, 1.424 di SMA, dan 16.087 di SMK.

“Pemenuhan kualifikasi S1 ini bukan hanya syarat administratif, tetapi jaminan peningkatan kompetensi guru pada aspek akademik, pedagogik, sosial, dan profesional. Mutu guru sangat menentukan mutu pembelajaran, dan pada akhirnya kualitas sumber daya manusia Indonesia,” tegas Suparto dalam Dialog Kemendikdasmen bersama media di Jakarta.

Program RPL Kategori Afirmasi dan Reguler

Suparto menjelaskan, program RPL terbagi dalam dua kategori: afirmasi dan reguler. Program afirmasi ditujukan bagi guru berusia 47–55 tahun yang telah memiliki pengalaman mengajar panjang.

Melalui rekognisi atas pengalaman dan karya akademik, peserta bisa mendapat pengakuan setara 70 persen atau sekitar 100 SKS dari total 144 SKS program sarjana. Dengan begitu, mereka hanya perlu menempuh sekitar dua semester untuk meraih gelar S1.

Sementara itu, kelompok reguler ditujukan bagi guru di bawah usia 47 tahun. Mereka biasanya memperoleh pengakuan sekitar 50 persen dari total SKS, sehingga membutuhkan waktu lebih panjang, yakni 3–4 semester.

“Kedua skema ini sama-sama dirancang fleksibel agar guru tetap bisa melaksanakan tugas mengajar di satuan pendidikan masing-masing,” ujar Suparto.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2025, sebanyak 12.510 guru akan mengikuti program peningkatan kualifikasi S1, yang terdiri dari 6.745 guru TK formal dan 5.755 guru pendidikan kesetaraan. Sementara untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK akan dimulai pada 2026.

Suparto optimistis, dengan dukungan 91 perguruan tinggi penyelenggara program RPL yang telah menandatangani kerja sama dengan pemerintah, target peningkatan kualifikasi ini bisa tercapai.

“Harapan kami, hingga 2028 sebanyak 98.034 guru sudah berhasil menuntaskan pendidikan S1. Ini akan menjadi lompatan besar dalam peningkatan kualitas guru di Indonesia,” jelasnya.

Peningkatan kualifikasi guru PAUD, menurut Suparto, adalah investasi strategis pada fondasi pembangunan SDM Indonesia. Ia menegaskan, 80 persen perkembangan otak anak terjadi sebelum usia 6 tahun, sehingga kualitas pendidikan PAUD sangat menentukan kesiapan anak memasuki sekolah dasar dan menghadapi masa depan.

“Guru PAUD adalah ujung tombak. Jika mereka memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik, maka anak-anak akan mendapat stimulasi tepat sejak dini, tumbuh dengan keterampilan sosial, emosional, dan akademik yang kuat. Inilah kunci mencetak generasi unggul Indonesia,” pungkasnya.***

Tag Masih Banyak Guru Belum S1

Terkini