Matahari Berasal dari Satelit Akan Jadi Nyata 1 Tahun ke Depan
Teknologi
) (17).jpg)
Badan Antariksa Eropa telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam mempelajari tenaga surya berbasis Antariksa.
Hal itu sebagai solusi untuk memenuhi sepertiga kebutuhan energi negara di Eropa. Rata-rata, intensitas cahaya matahari di lapisan atas atmosfer lebih dari 10 kali lipat dibandingkan di permukaan Bumi.
Para ahli di Eropa menunjukkan bahwa penerapan solusi ini akan membutuhkan infrastruktur yang menelan biaya ratusan miliar dolar, terutama dalam bentuk satelit geostasioner yang diposisikan 36.000 km di atas Bumi.
Baca Juga: Keren! Satelit Indonesia SATRIA-1 Sukses Masuk Orbit di Luar Angkasa
Tentu saja, ada kendala teknis dan finansial menyebabkan para ahli mengabaikan konsep tersebut sebagai mimpi fiksi ilmiah yang tidak akan pernah bisa terwujud di dunia nyata.
Namun, itu dulu, sekarang sudah ada seorang pengusaha yakin telah memecahkan kode untuk membuat tenaga surya berbasis ruang angkasa terjangkau dan praktis dalam waktu dekat.
Pengusaha tersebut bernama Baiju Bhatt. Dia salah satu pendiri aplikasi perdagangan Robinhood.
Baca Juga: Stasiun Luar Angkasanya Hampir Ditabrak Roket AS, China Ngadu ke PBB
Baiju sempat mengundurkan diri dari jabatan CEO Robinhood di tahun 2020, dia kemudian meluncurkan perusahaan rintisan baru bernama Aetherflux, yang bertujuan untuk memancarkan tenaga surya dari luar angkasa dalam waktu sekitar satu tahun.
Aetherflux pun memulai langkahnya dari hal kecil dengan cuma satu satelit yang diposisikan sekitar 500 km di atas orbit Bumi yang rendah.
"Jika kami berhasil, kami akan membuka sumber energi terbarukan bagi umat manusia yang dapat dikirimkan hampir ke mana saja," tulis Bhatt dalam postingan LinkedIn yang meluncurkan usaha barunya.
Bhatt punya rencana meluncurkan wahana Antariksa bertenaga surya “kelas kilowatt” dalam 12 hingga 15 bulan ke depan yang bisa memancarkan sinar laser inframerah yang membawa energi surya ke penerima di bumi setinggi 10 meter.
Meskipun tidak akan menghasilkan daya besar di awalnya, tujuan utama untuk membuktikan sistem tersebut bekerja dengan aman dan efisien.
Jika percobaan berhasil, Aetherflux berencana melanjutkannya dengan konstelasi satelit orbit rendah bumi yang semakin besar, yang bisa menyediakan energi bersih berkelanjutan.
Energi terbarukan ini bisa memasok daerah-daerah terpencil yang tidak teraliri listrik, seperti daerah bencana, operasi pertambangan dan pangkalan militer.
Aetherflux mendanai proyek ini di kisaran USD 10 juta, namun investasi jauh lebih besar sangat diperlukan. Di sisi
lain, ada kekhawatiran dampak dari sinar laser berdaya tinggi terus menerus melewati atmosfer Bumi.
Ada kemungkinan memperburuk masalah polusi cahaya yang mengganggu para astronom di seluruh dunia.
Perlu dicatat juga, Aetherflux tidak sendirian dalam gagasan memancarkan energi surya atau sinar matahari ke permukaan Bumi lewat satelit.
Perusahaan rintisan Reflect Orbital, baru-baru ini mengusulkan pendekatan lebih langsung, memantulkan sinar matahari ke ladang surya pakai konstelasi satelit cermin kecil.
Sumber: Techspot.com