Teknologi

Satelit LAPAN-A2 Perkuat Komunikasi di Wilayah Bencana

Ari Supriyanti Rikin
Kamis, 28 Maret 2024 | 00:00 WIB
Satelit LAPAN-A2 Perkuat Komunikasi di Wilayah Bencana

FTNews - Satelit LAPAN-A2 karya anak bangsa yang meluncur tahun 2015 lalu, terus memperkuat pemantauan wilayah Indonesia. Termasuk juga membantu proses komunikasi untuk daerah-daerah yang dilanda bencana.

LAPAN-A2 adalah buah riset Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR PA).

Satelit LAPAN-A2 telah diluncurkan pada 28 September 2015 dari Sriharikota, India yang dioperasikan melalui Mission Control Center (MCC) Stasiun Bumi Rancabungur Bogor.

Baca Juga: Horor Efek Ledakan Megathrust Selat Sunda, Jakarta Terancam Tsunami 1,8 Meter

Satelit tersebut menggunakan teknologi Voice Repeater (VR) dan Automatic Packet Reporting System (APRS).

Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wahyudi Hasbi mengatakan VR dan APRS merupakan muatan atau payload yang digunakan dalam menjalankan misi komunikasi satelit.

Kedua muatan ini lanjutnya dapat membantu proses komunikasi darurat di daerah bencana ketika komunikasi terestrial terputus. Sehingga dapat membantu proses komunikasi ke wilayah terdampak bencana.

"Melalui muatan VR, satelit LAPAN-A2 dapat para amatir radio gunakan dalam mengirimkan pesan suara," kata Wahyudi dalam keterangannya, Rabu (27/3).

Sementara melalui muatan APRS, operator satelit dapat mengirimkan pesan singkat dalam bentuk teks (seperti SMS) kepada para amatir radio. Selain itu, data lain yang dapat dikirimkan dapat berupa foto/gambar.

Baca Juga: CEO Microsoft ke Istana Negara, Bahas Ekosistem Teknologi

Komunikasi Darurat

Satelit LAPAN-A2 memiliki nama seri IO-86, yang bermakna Indonesian OSCAR (Orbiting Satellite Carying Amateur Radio) ke-86 di dunia.

Voice Repeater IO-86 memiliki keunggulan yakni dapat diakses menggunakan HT kecil standar sehingga memudahkan saat digunakan pada situasi darurat.

Pemancar balik LAPAN-A2 memiliki daya pancar 5watt yang cukup besar. Sementara sinyal balik dari satelit bisa diterima oleh antenna rubber duck bawaan HT standar.

"Jangkauan komunikasi satelit ini lebih dari 4.500 km. Hal tersebut memungkinkan pengguna amatir radio di Indonesia untuk berkomunikasi dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Srilanka, hingga Jepang dan China," ujarnya.

Ia juga menambahkan, Satelit IO-86 yang dikembangkan oleh BRIN tersebut dapat diakses melalui frekuensi 145.825mhz untuk APRS.

Sedangkan untuk VR diakses dengan frekuensi 145.880mhz (Uplink) dan 435.880mhz (Downlink).

Dampak gempa bumi perlu diwaspadai. Foto: Freepik

Gempa dan Tsunami

Wahyudi menjelaskan, peran satelit IO-86 salah satunya adalah pada saat gempa bumi di Lombok dan Tsunami di Palu pada beberapa tahun yang lalu.

Satelit LAPAN-A2 (IO-86) diaktifkan untuk membantu komunikasi antar-relawan penanganan bencana. Semua pengguna radio amatir bisa menggunakannya. Hal ini karena jangkauan komunikasi satelit yang luas sehingga para relawan dapat berkoordinasi dengan daerah-daerah lainnya.

Satelit hasil kolaborasi dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) ini memungkinkan menjangkau seluruh pengguna radio amatir di Indonesia.

"Melalui cara ini ORARI dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Tim SAR guna mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan," tuturnya.

BRIN juga terus mendesiminasikan teknologi ini, agar masyarakat dan stakeholder lainnya bisa memanfaatkannya khususnya meningkatkan komunikasi saat bencana. ORARI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah memanfaatkan teknologi dari satelit ini.

Tag Bencana BRIN Komunikasi Satelit Teknologi

Terkini