Miris! Pria di Lombok Pilih Akhiri Hidup, Diduga Depresi Karena Diperas Polisi
.jpg)
Beredar kabar di media sosial mengenai kisah seorang pria asal Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, yang memilih mengakhiri hidupnya.
Pria tersebut bernama Rizkil Watoni yang merupakan seorang aparatur sipil negara atau ASN.
Rizkil ditemukan tergantung di rumahnya pada Senin (17/3/2025). Di tembok terdapat tulisan tangan “Kejujuran sudah tidak berguna”.
Baca Juga: Hari Ini, Realme Versi C33 Mulai Tersedia
Rizkil diduga sengaja mengakhiri hidupnya karena depresi akibat diperas oleh oknum kepolisian.
Kabar tersebut terungkap dalam unggahan yang akun Instagram @kegobloganunfaedah, pada Rabu (19/3/2025).
“Rizkil Watoni, seorang ASN asal Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, meregang nyawa usai diduga jadi korban pemerasan oknum Polsek Kayangan,” demikian kalimat pembuka unggahan itu, dikutip Kamis (20/3/2025).
Baca Juga: Sengketa Lahan, Warga Gugat Pemerintah Provinsi NTB
Dalam unggahan itu disebutkan, dugaan pemerasan oknum polisi bermula dari sebuah kesalahpahaman antara Rizkil dengan seorang pegawai minimarket yang menudingnya telah mencuri sebuah ponsel.
Ketika itu, Rizkil membantah telah mengambil ponsel. Ia mengaku tak sengaja salah ambil ponsel, lantaran ponsel miliknya juga sedang dicas di meja kasir.
Setelah sadar ponselnya tertukar, Rizkil balik lagi ke minimarket tersebut untuk mengembalikan ponsel tersebut.
Tak disangka, ketika tiba tiba di minimarket, sudah ada anggota kepolisian yang megunggu dirinya dan membawanya ke kantor polisi.
“Di kantor polisi, keduanya sepakat berdamai dengan Rozkil membayar ganti rugi Rp2 juta,” tulis akun tersebut.
Namun ternyata masalah tak berakhir disini. Dalam unggahan disebutkan kalau oknum polisi yang membawanya meminta ‘uang damai lanjutan’ pada Rizkil.
Nominalnya fantastis. Awalnya oknum polisi itu meminta uang sebesar Rp15 juta, lalu meningkat hingga Rp90 juta.
Karena tekanan dari oknum polisi itu, Rizkil diduga mengalami depresi hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Ayah Rizkil Watoni, Nasruddin mengatakan, anaknya tertekan usai dipulangkan dari kantor polisi.
Meski sudah sepakat berdamai dengan korban (pemilik HP), Rizkil masih ditakut-takuti oknum aparat dengan ancaman pidana 7 tahun.
“Anak kami tidak bunuh diri, tapi dibunuh mentalnya oleh polisi” ucap Nasruddin pada awak media.
Kematian Rizkil memicu kemarahan warga yang kemudian menyerang Mapolsek Kayangan.
Warga emosi dengan tindakan oknum kepolisian dan menudingnya jadi penyebab kematian pemuda tersebut.
Catatan: Isi berita ini bukan untuk ditiru. Bunuh diri bukan solusi. Jika Anda mengalami depresi atau tekanan psikologis, segera temui psikiater atau dokter jiwa terdekat.