Leluhur Benjamin Netanyahu Bukan Yahudi Tulen, Buang Nama Eropa Agar Semit Banget!
Nasional

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, bukan sekadar tokoh politik kontemporer. Ia adalah representasi dari garis keturunan panjang yang mewarisi ideologi kolonialisme modern. Walau lahir di Jaffa, wilayah yang kini dikenal sebagai Tel Aviv, pada tahun 1949, darah yang mengalir dalam dirinya membawa jejak kuat dari Eropa Timur dan Selatan.
Ayahnya, Benzion Mileikowsky, berasal dari Polandia dan merupakan seorang Yahudi sekuler. Ia mengganti nama keluarganya menjadi Netanyahu setelah menetap di tanah jajahan Palestina, sebuah langkah strategis untuk menyesuaikan identitas dengan narasi “kebangsaan Semitik” yang hendak dibangun oleh gerakan Zionis. Perubahan nama itu bukan sekadar simbol, melainkan bagian dari rekayasa identitas untuk memudahkan integrasi keluarga mereka ke dalam proyek kolonial Israel.
Benjamin Netanyahu bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump. [Instagtram]Di sisi ibunya, Netanyahu mewarisi darah Tzila Segal, seorang Yahudi kelahiran tanah Palestina. Namun, silsilah keluarga ini tak berhenti pada darah Polandia dan tanah jajahan. Pada 2016, sebuah tes DNA yang dilakukan oleh anggota keluarga Netanyahu mengungkap jejak keturunan Yahudi-Spanyol (Sephardic) yang ikut memperkuat warisan etno-kultural mereka.
Baca Juga: Israel Bakal Pasang Teknologi AI di Kereta Penumpang
Jika ditarik lebih jauh ke atas, akar garis keturunan Netanyahu bahkan bisa ditelusuri hingga ke komunitas Yahudi di Semenanjung Iberia sebelum pengusiran massal mereka dari Spanyol di abad ke-15. Jadi, meski Netanyahu dilahirkan di tanah yang telah diklaim oleh Zionis, garis darah keluarganya justru mencerminkan diaspora Yahudi yang mengembara dari Eropa Timur hingga ke Timur Tengah.
Namun bukan hanya darah yang diwariskan, melainkan juga ideologi. Ayahnya, Benzion Netanyahu, adalah seorang sejarawan dan tokoh penting dalam gerakan Zionisme Revisionis—aliran yang menolak kompromi terhadap negara-negara Arab dan percaya bahwa tanah Palestina secara keseluruhan adalah hak eksklusif Yahudi. Benzion adalah murid ideologis Ze'ev Jabotinsky, pendiri gerakan Zionisme Revisionis kelahiran Rusia, yang menulis buku The Iron Wall, semacam kitab suci bagi para Zionis garis keras.
PM Israel Benjamin Netanyahu bersama Presiden Argentina Javier Milei. [Instagram]Jabotinsky percaya bahwa pemukiman Yahudi di Palestina tidak bisa tercapai melalui diplomasi damai, melainkan dengan kekuatan militer dan dominasi. Pandangan ini begitu merasuk dalam diri Benzion dan akhirnya diturunkan kepada anaknya, Benjamin Netanyahu. Tidak mengherankan jika Benjamin kemudian tumbuh dengan pandangan yang sama: keras, tidak kompromis, dan percaya pada superioritas bangsa Yahudi atas tanah yang kini mereka kuasai.
Baca Juga: Punya Misi Kemanusiaan Dalam Bulan Ramadan, Zaskia Adya Mecca Bakal Siapkan Iftar untuk Masyarakat Palestina
Saat remaja, Netanyahu dibesarkan di Yerusalem namun mengenyam pendidikan menengah di Amerika Serikat. Pada 1967, ia bergabung dengan militer Israel dan meniti karier cepat di unit elit hingga menjabat sebagai kapten dalam Perang Yom Kippur tahun 1973. Karier militernya menjadi bukti nyata bagaimana warisan ideologi sang ayah bukan hanya tertanam dalam pikiran, tetapi juga diwujudkan lewat tindakan militer yang memperkuat cengkeraman Israel di wilayah yang masih disengketakan.
Benzion sendiri menolak solusi dua negara yang diusulkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia menilai rencana tersebut tidak memberikan ruang cukup bagi bangsa Yahudi untuk memperluas wilayahnya. Pandangannya tegas: rakyat Arab Palestina harus dipindahkan agar proyek nasional Yahudi bisa tercapai secara utuh.
Inilah silsilah yang membentuk karakter dan kebijakan Benjamin Netanyahu. Ia bukan hanya pemimpin sebuah negara, tetapi juga pewaris ideologi yang telah disemai selama beberapa generasi. Dari Jabotinsky ke Benzion, dari Benzion ke Benjamin, warisan ini terus mengalir, membentuk fondasi bagi kebijakan kolonial Israel hari ini—yang kerap dipandang dunia sebagai agresif, ekspansionis, dan menolak kompromi.
Dengan latar belakang darah yang tersebar dari Polandia hingga Spanyol, dari sekuler hingga fundamentalis, Benjamin Netanyahu berdiri sebagai simbol dari proyek warisan Zionisme yang telah lama dibentuk oleh leluhurnya. Sebuah garis keturunan yang tidak hanya membawa nama, tapi juga membawa warisan sejarah dan paham yang masih memengaruhi jalannya konflik di Timur Tengah hingga saat ini.