Nyepi, 24 Jam Bali Tanpa Emisi dan Polusi

Sosial Budaya

Selasa, 12 Maret 2024 | 00:00 WIB
Nyepi, 24 Jam Bali Tanpa Emisi dan Polusi

FTNews - Umat Hindu, Selasa pagi (12/3) selesai merayakan Nyepi sejak Senin (11/3). Selama 24 jam pula Bali sunyi, tanpa aktivitas seperti biasanya.

rb-1

Hari Raya Nyepi merupakan hari besar keagamaan umat Hindu. Khususnya umat Hindu Bali di Indonesia. Nyepi merayakan pergantian Tahun Saka sesuai dengan kalender Bali.

Saat Nyepi, umat Hindu tidak melakukan aktivitas apapun, puasa dan bermeditasi. Merenungkan diri untuk kembali ke jati diri yang asli.

Baca Juga: Kejati DKI Pulihkan Aset Negara Milik PT Pelindo II Senilai Rp376 Miliar

rb-3

Umat Hindu juga melakukan amati geni, tidak menyalakan api. Sekaligus tidak mengobarkan hawa nafsu. Amati karya atau tidak bekerja. Amati lelungan, tidak bepergian kemana-mana. Lalu Amati lelanguan, tidak ada hiburan selama perayaan Nyepi.

Pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa berpandangan, Nyepi menjadi momentum hidup ramah lingkungan dan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

“Tidak menyalakan lampu, kegiatan rumah tangga dilarang, dan tidak beraktivitas keluar untuk bekerja. Dari dua hal itu saja dari aspek energi dan penggunaan listrik berkurang drastis,” katanya kepada FTNews, di Jakarta, Selasa (12/3).

Baca Juga: Bus Pariwisata Masuk Jurang di Magetan, Tujuh Penumpang Meninggal

Kemudian tidak ada mobilitas ekonomi dan sosial membuat sektor transportasi juga mengurangi emisi. Begitu pula dengan berkurangnya emisi dari sektor industri.

Menurutnya, emisi di Indonesia sebelum tahun 2020 didominasi sumber berbasis lahan dari kehutanan dan perubahan penggunaan lahan.

Kemudian setelah tahun 2020, sumber utamanya dari energi, pembangkit listrik, energi dan transportasi.

“Momentum Nyepi jadi pengingat untuk masyarakat lainnya. Menjadi contoh juga bagi kehidupan dunia. Apalagi Bali dikenal dunia,” ungkap Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia ini.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat pada tahun 2015-2019, Nyepi di Bali mengurangi emisi sekitar 12.000-14.000 CO2e.

Bahkan, konsentrasi polusi udara di atmosfer turun 47,07 persen dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Selain itu, perayaan hari Nyepi juga memberi andil mengurangi gas metana yang sangat berbahaya bagi tubuh dan lingkungan.

Galaksi Bima Sakti terlihat saat Nyepi di langit Bali. Foto: Antara

Bebas Polusi Cahaya

Di samping bebas emisi, Bali pun saat Nyepi bebas polusi cahaya. Langit Bali saat malam hari bebas dari polusi tersebut.

Peneliti Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Thomas Djamaluddin menilai, saat Nyepi di Bali cahaya lampu menjadi berkurang.

“Sumber cahaya buatan (lampu) pada malam hari menjadi polusi cahaya,” imbuhnya.

Thomas menjelaskan, dampak utama polusi cahaya adalah gangguan pengamatan astronomi. Namun ada juga gangguan bagi binatang malam dan gangguan pola tidur manusia.

“Dengan berkurangnya polusi cahaya, kita bisa mengamati objek-objek astronomi dengan lebih baik. Khususnya masyarakat awam bisa menikmati galaksi Bima Sakti yang sebelumnya tidak tampak karena kalah oleh polusi cahaya,” tutur Thomas.

Tag Nasional Headline Sosial Budaya Emisi Gas Rumah Kaca Nyepi polusi cahaya

Terkini