Pancasila Membuat Bung Karno Pernah Ingin Diangkat Sebagai Nabi
Sosial Budaya

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno terkenal dengan kharismanya saat tampil di depan publik. Oleh karena itu, banyak yang menilai Bung Karno memiliki kekuatan lebih dari manusia biasa.
Pengultusan kepada sosoknya ini ternyata disadari oleh Bung Karno. Ia mengaku heran ada yang menganggapnya selevel dengan Dewan.
Baca Juga: Salah Lafalkan Pancasila, Ini Biodata dan Agama Ketua DPRD Wonosobo Eko Prasetyo
“Banyak yang percaya bahwa aku seorang Dewa, mempunyai kekuatan-kekuatan sakti yang menyembuhkan,” ucap Bung Karno dalam otobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, dikutip Sabtu (20/12).
Baca Juga: Jokowi Nobatkan Dokter Pribadi Sukarno Sebagai Pahlawan Nasional
Salah satu bukti pengultusan kepada Bung Karno terlihat dari cerita yang disampaikannya saat berpidato memperingati Maulid Nabi Muhammad SaW di Istana Negara, Jakarta, tahun 1963.
Dalam pidato itu, Bung Karno menceritakan pengalamannya berkunjung ke daerah Jawa Barat. Pada momen itu ia diangkat menjadi seorang nabi oleh masyarakat Sunda.
“Duka (entah) di Sukabumi, duka di Garut, saya ini mau dinamakan nabi,” tutur Soekarno di hadapan kaum Muslim yang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW itu.
Saat itu, kharisma Bung Karno memang melebihi bintang besar mana pun. Mulai dari masyarakat kelas atas hingga bawah sangat menunggu-nunggu kehadiran Bung Karno.
Tidak heran bila saat itu orang-orang menjadi terlalu fanatik dan mengira dia adalah nabi. Apalagi, saat itu Bung Karno terkenal sebagai pencetus Pancasila.
“Apa sebab (saya dipanggil Nabi)? Karena Bung Karno adalah nabi yang telah menemukan Pancasila,” kisah Soekarno di acara yang dihadiri oleh Menteri Agama Saifuddin Zuhri.
Bung Karno menyebut orang yang mengiranya sebagai nabi karena membawa agama Pancasila. Padahal, Bung Karno menegaskan pemahaman tersebut salah.
Soekarno menegaskan kepada orang-orang yang fanatik itu bahwa dia bukanlah nabi. Pada titik inilah Soekarno berpegang teguh pada keimanan Islamnya.
“Stop! Saya bukan nabi. Nabi Muhammad adalah yang terakhir!” tegas Soekarno disambut tepuk tangan orang-orang yang saat itu ada di Istana Negara.
Kemudian Soekarno menjelaskan bahwa Pancasila bukan sebuah agama namun hanya ajaran, ideologi dan falsafah negara. Ia juga tidak mau disebut sebagai penemu Pancasila.
Dalam pidatonya itu, Soekarno menyebut beberapa nama orang besar dari berbagai negara. Orang besar itu adalah pemimpin bagi bangsanya. Di hadapan kaum Muslim, Soekarno menyebut nama Gamal Abdul Garibaldi, George Washington dan sebagainya.
“Siapa berani berkata Gandhi (Mao Tse Tung, Stalin, Garibaldi, Washington) tidak pernah bersalah? Tetapi nabi, rasul tidak pernah bersalah! Muhammad tidak pernah bersalah!” ucap Soekarno yang disambut riuh tepuk tangan.