Pandangan Buya Yahya Mengenai Ibu Durhaka, Julukan yang Diberikan Lolly pada Nikita Mirzani
Lifestyle

Perseteruan antara Laura Meizani Mawardi alias Lolly dengan ibunya, Nikita Mirzani memasuki babak baru.
Jumat (10/1/2025) di hadapan awak media, Laura Meizani Mawardi atau Lolly memberikan sebuah julukan untuk Nikita Mirzani.
Tanpa ragu, Laura Meizani Mawardi atau Lolly menyebut Nikita Mirzani sebagai ibu durhaka.
Baca Juga: Lolly Live TikTok Bertepatan Ultah Nikita Mirzani, Penampilannya Tuai Sorotan: Glowing
Julukan ibu durhaka diberikan Lolly pada Nikita lantaran selama ini ia merasa ibunya itu tidak mengurusnya dengan benar.
"Ya karena dia enggak benar, karena di dunia bukan cuma anak doang yang bisa durhaka tapi ibu juga bisa durhaka," jelas Lolly.
"Bahkan di dunia ini kebanyakan ibu yang durhaka kepada anak tapi anak yang selalu disalahkan," imbuhnya menambahkan.
Baca Juga: Nikita Mirzani Berubah! Mendadak Pelit Bicara Usai Bongkar Reza Gladys Suap Hakim dan Jaksa
Pernyataan Lolly itu tak hanya mengagetkan banyak orang, namun juga menimbulkan tanda tanya, apakah ibu durhaka benar-benar ada?
Lalu bagaimana pandangannya menurut agama, utamanya Islam? Berikut ulasannya.
Mengenai istilah ibu durhaka, ulama ternama Buya Yahya pernah membahasnya dalam sebuah pengajian yang videonya ada di kanal YouTube Al-Bahjan TV.
Dalam video itu, Buya Yahya memberikan pengertian mengenai bahaya perilaku ibu durhaka dan dampaknya pada masa depan anak-anak.
Menurut Buya Yahya, salah satu bentuk durhaka seorang ibu pada anaknya adalah ketika memilih pasangan hidup berdasarkan materi atau popularitas semata.
Cara pandang yang demikian membuat seorang ibu nampak tidak mempertimbangkan aspek agama dan akhlak.
“Ketika seorang ibu memilih suami hanya karena harta atau ketenaran, tanpa melihat nilai-nilai agama, ini dapat menimbulkan masalah serius bagi anak-anak,” jelas Buya Yahya dalam video tersebut.
Buya Yahya melanjutkan, pernikahan yang demikian, yang tidak berdasarkan agama dan moral, akan berdampak signifikan, terutama pada anak.
Ia melanjutkan, anak-anak yang lahir dari pernikahan yang semacam itu tidak akan mendapatkan pendidikan agama yang memadai.
Hal ini dapat menyebabkan anak-anak tersebut tumbuh tanpa pegangan dan arahan moral yang kuat.
Akibatnya, anak-anak dari pernikahan itu bisa kehilangan arah dan terjerumus dalam perilaku yang tak sesuai dengan agama.
“Orang tua, terutama ibu, harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan pendidikan agama yang baik. Tanpa pendidikan agama yang memadai, anak-anak bisa terpengaruh oleh berbagai keburukan di sekitar mereka,” tuturnya.
Karena itulah, Buya Yahya mengingatkan pada semua agar cermat dalam memilih pasangan hidup.
“Ketika memilih pasangan, kita harus memprioritaskan agama dan akhlak, bukan hanya faktor-faktor duniawi. Ini penting untuk memastikan kesejahteraan anak-anak di masa depan,” tegasnya.