Pelukis Fitrajaya di Mata Hong Djien

Lifestyle

Jumat, 07 Januari 2022 | 00:00 WIB
Pelukis Fitrajaya di Mata Hong Djien

Grand Opening Pameran “Memoir of The Old Master”, Kunstkring Gallery 8 Januari 2022

___*___

rb-1

Forumterkininews.id, Jakarta – Oei Hong Djien –akrab disapa OHD-- adalah sosok kolektor sekaligus kurator seni lukis Indonesia yang sangat disegani. Ia tinggal di Magelang, Jawa Tengah, bersama ribuan koleksi lukisannya yang terpajang apik di OHD Museum. “Opini” Hong Djien terhadap karya seni rupa, adalah barometer. Idealismenya sangat kental. Lain kisah. Tersebutlah seorang perupa Indonesia yang 18 tahun mukim di Belanda. Namanya Fitrajaya Nusananta. Ia menikahi wanita Belanda dan membangun keluarga di Negeri Kincir Angin. Sebagai perupa, Fitra terbilang well-educated. Ia mengantongi master degree dari Royal Academy of Art, The Hague - Den Haag, Belanda tahun 2003 untuk disiplin ilmu Artistic Research. Syahdan, belum lama Fitra kembali ke Tanah Air dengan tekad berkarya di negeri sendiri, sambil mendarmakan pengalaman serta ilmu yang ia dapat bagi perkembangan dunia seni rupa Indonesia. Karya lukis Fitra beraliran pop dan kontemporer (pop art & contemporary art). Pada satu titik, ia adalah pelukis paripurna yang lengkap dengan idealisme di sukma dan raganya. Laksana fenomena mestakung (semesta mendukung), kedua sosok di atas dipertemukan. “Sungguh tidak mudah bisa bertemu dokter Hong Djien. Karenanya, saya tidak mungkin bertemu beliau tanpa membawa karya. Lalu saya melukis potret beliau,” ujar Fitrajaya, kepada Forumterkininews.id, Jumat (7/1/2022) di Gallery Kunstkring, Menteng, Jakarta Pusat. Benar. Ia tengah menggelar karya di sana. Fitra bertemu Hong Djien akhir tahun 2021 dengan keberanian ganda. Ibarat pepatah “kalah jadi abu, menang jadi arang”, sikapnya nothing to lose. “Whatever will be, will be…. Pokoknya que sera-sera,” kata Fitra sambil tertawa. “Opini positif” Hong Djien, ibarat jalan lurus bagi perjalanan karier Fitra di dunia seni rupa Tanah Air ke depan. Sebaliknya, “opini negatif” adalah sinyal baginya untuk mereposisi diri, baik dalam konsep berkarya, maupun dalam memilih karier kesenimanannya. Di luar dugaan, hati bungah bukan kepalang, demi mendapat sambutan Hong Djien yang sangat hangat serta opini yang begitu bagus. “Bukan saja tentang lukisan potret diri yang saya serahkan ke beliau, tetapi juga terhadap konsep pameran saya kali ini, yang berjudul ‘Memoir of the Old Master’,” imbuh Fitra. OHD Museum, Jl. Jenggolo 14, Magelang, Jawa Tengah. (foto: OHD Museum) Respon Hong Djien Terhadap ide pameran serta konsep berkarya yang ditunjukkan Fitra, Hong Djien menanggapinya dengan sangat baik. “Ia (Fitrajaya) menyebut ‘Memoir of The Old Master’, orang lain mengatakan ‘Appropriation’, mungkin ada istilah lain lagi; bagiku tidak penting. Yang penting ialah hasil karya. Untuk mencapai hasil karya yang baik dibutuhkan ketrampilan kreatif dan ketrampilan teknik,” ulas Hong Djien. Ditambahkan, bahwa walaupun pengertian “baik” sering diperdebatkan, bagi yang tingkat apresiasinya sama, suara tentang yang “baik” biasanya satu. Tanpa ketrampilan teknik, gagasan kreatif tak bisa dimanifestasikan sesuai keinginan sang pencipta. Ketrampilan teknik tanpa ide kreatif akan menghasilkan karya yang membosankan. “Fitrajaya Nusananta memiliki keduanya, maka lukisannya menarik,” ujar Hong Djien. Ia lalu menunjuk lukisan Potret OEI HONG DJIEN /OHD yang dibawa Fitra, lalu dikoleksi di Museum OHD Magelang. “Lukisan potret ini, menurutku merupakan salah satu lukisan potretku terbaik dari yang sekian banyak yang saya miliki. Saya tak sabar untuk melihat karya-karya lainnya yang sementara ini baru bisa kulihat dari katalog pameran. Selamat berpameran dan semoga sukses,” kata Hong Djien pula. Pameran di Kunstkring Besok, Sabtu (8/1/2022) adalah grand opening pameran lukisan “Memoir of the Old Master” karya Fitrajaya Nusananta di Kunstkring Gallery, Menteng Jakarta Pusat.  “Para kolektor sudah tidak sabar melihat karya-karya Fitra. Tiga dari lima duta besar negara sahabat juga sudah konfirmasi hadir. Ini benar-benar event internasional dari seorang perupa anak bangsa,” ujar Maya. Pameran itu terseelnggara berkat kerjasama Gallery Soekarno-Hatta Blitar dan Gallery Kunstkring, Jakarta. Owner Gallery Soekarno-Hatta, Andreas Gunawan mengaku senang bisa memamerkan karya Fitrajaya di Kunstkring. “Ibarat impian yang jadi kenyataan. Tema dan tempat pameran sangat sesuai. Fitra mengusung judul ‘Memoir of the Old Master’, di Kunstkring yang memang merepresentasikan kebangkitan seni rupa modern pada masanya,” tutur Andreas. Ia lalu mengilas balik ihwal kejayaan seni masa lampau yang masih tertoreh di sudut-sudut bangunan Kunstkring. Bahkan, pada tahun 30-an, Kunstkring menyuguhkan karya pelukis dunia, seperti Pablo Picasso, Marc Chagall, Paul Gauguin, dan Vincent van Gogh. “Nah, aura itu kali ini dihadirkan kembali oleh Fitrajaya,” ujar Andreas. Fitrajaya Nusananta (berdiri) dan kurator Merwan Yusuf di depan Kunstkring Gallery, Menteng, Jakarta Pusat. (foto: ist) Ide “gila” Sementara itu, kurator Merwan Yusuf tak bisa menyembunyikan kekagumannya atas karya-karya Fitrajaya Nusananta. Merwan bahkan menyebutnya sebagai “kegilaan”. “Fitra menghadirkan sosok-sosok pelukis besar dunia ke dalam kanvas. Ia menghadirkan selebritis dan tokoh politik dunia masa lalu, ke dalam coretan seni rupa kontemporer. Mereka dibiarkan berdialog di dalam kanvas itu. Ini dahsyat,” ujar Merwan. Kurator yang meraih gelar “Master of Fine Art” dari lembaga pendidikan di Perancis itu menambahkan, lukisan-lukisan “Old Master” dan selebritis dunia memenuhi kanvas lebar Fitra. Mereka semua (para tokoh itu) berasal dari berbagai tempat, waktu dan style yang mewakili zamannya. “Ada warna Renaissance, modern, dan seni kontemporer. Demikian juga dengan aliran lukisan klasik, romantisme, ekspresionisme, primitivisme, pop art, graffiti, dan lain-lain. Para pelukis dunia yang menjadi inspirasi berkarya Fitrajaya, berasal dari Eropa dan Amerika. Di pameran ini, kita bisa merasakan kehadiran sosok sosok seperti Michelangelo, Leonardo Da Vinci, Picasso, Klimt, Basquiat, dan lain-lain. Ini sungguh pameran istimewa,” ujarnya. Lebih jauh Merwan mengatakan, para tokoh dan aliran tadi, oleh Fitra diambil hanya sebagai idiom ungkap visual. Dengan kata lain, para “old master” tadi dijadikan sarana berkomunikasi dengan publik tentang cinta, politik, moral, dan lain sebagainya. “Di situ kita bisa menyaksikan keunikan ide dan imaginasi seniman dalam mencari sumber kreatifitas serta meracik temuan hasil pengembaraannya di wilayah seni rupa,” ujar Merwan. Pelukis Fitrajaya Nusananta, ibarat konduktor pada sebuah orchestra. Sebuah orchestra visual, lewat coretan karya lukis beraliran kontemporer dan pop. “Fitrajaya membawakannya dengan gegap gempira, terkendali, namun kaya dengan makna yang menggugah pikiran,” ujar kurator Merwan Yusuf. (*)

Tag Lifestyle fitrajaya nusananta kunstkring gallery merwan yusuf oei hong djien OHD Museum pelukis fitrajaya nusananta

Terkini