Pentagon Ketar-ketir, China Diduga Muat 100 Rudal Balistik Antarbenua di Perbatasan dengan Mongolia
Sebuah draf laporan Pendagon menyebutkan China kemungkinan telah memuat lebih dari 100 rudal balistik antarbenua (ICBM) di tiga ladang silo terbarunya. Disebutkan juga bahwa negara itu tidak menunjukkan keinginan untuk terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata.
China disebut tengah memperluas dan memodernisasi persenjataan militernya lebih cepat dibanding negara mana pun yang memiliki senjata nuklir. Demikian menurut Bulletin of the Atomic Scientists, sebuah organisasi nirlaba berbasis di Chicago.
Tanggapan Beijing
Baca Juga: Ratu Kripto Asal China Dibui 11 Tahun di Inggris atas Penipuan Bitcoin Rp110 Triliun
Ilustrasi fasilitas nuklir. (Ftnews-Meta Ai)Beijing menilai laporan tentang pembangunan kekuatan militernya sebagai upaya untuk “mencemarkan nama baik dan memfitnah China serta secara sengaja menyesatkan komunitas internasional.”
Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia mungkin tengah menyiapkan rencana denuklirisasi bersama China dan Rusia. Namun, laporan draf Pentagon yang menyebut Beijing tampaknya tidak tertarik.
“Kami terus melihat tidak adanya keinginan dari Beijing untuk mengejar langkah-langkah semacam itu atau pembahasan pengendalian senjata yang lebih komprehensif,” demikian isi laporan draf Pentagon yang menyoroti ambisi militer Beijing tersebut seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Viral Video Detik-Detik Jembatan Sepanjang 758 Meter Runtuh di China
Secara khusus, laporan itu menyebut China kemungkinan telah menempatkan lebih dari 100 ICBM berbahan bakar padat DF-31 di ladang-ladang silo yang berlokasi dekat perbatasan China dengan Mongolia, sebagai bagian terbaru dari serangkaian lokasi silo.
Pentagon sebelumnya telah melaporkan keberadaan ladang-ladang tersebut, tetapi belum mengungkap jumlah rudal yang dimuat.
Nuklir China
Ilustrasi failitas nuklir. (Ftnews-Meta Ai)Kedutaan Besar China di Washington D.C. menyatakan bahwa China telah “mempertahankan strategi nuklir defensif, menjaga kekuatan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional, serta mematuhi komitmennya terhadap moratorium uji coba nuklir.”
Laporan draf Pentagon tersebut tidak mengidentifikasi target potensial dari rudal-rudal yang baru ditempatkan itu. Pejabat Amerika Serikat mencatat bahwa isi laporan masih dapat berubah sebelum disampaikan kepada para legislator.
Laporan itu menyebut persediaan hulu ledak nuklir China masih berada di kisaran 600 unit pada 2024, yang mencerminkan “laju produksi yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.”
Namun demikian, laporan itu menambahkan bahwa ekspansi nuklir China terus berlanjut dan Beijing berada di jalur untuk memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.
China menyatakan bahwa pihaknya menganut “strategi nuklir untuk pertahanan diri dan menerapkan kebijakan tidak menggunakan senjata nuklir lebih dahulu (no-first-use policy).”