Ekonomi Bisnis

Pertamina Jual BBM 'Busuk', SPBU Swasta Ogah Beli hingga Terburuk Se-Asia

02 Oktober 2025 | 15:57 WIB
Pertamina Jual BBM 'Busuk', SPBU Swasta Ogah Beli hingga Terburuk Se-Asia
Ilustrasi BBM jenis RON 92 (Meta AI)

Polemik pembatalan pembelian BBM Pertamina oleh sejumlah SPBU swasta seperti Vivo, Shell, dan BP terus menjadi sorotan publik.

rb-1

Rencana pembelian base fuel dari Pertamina sebelumnya muncul sebagai tindak lanjut arahan Kementerian ESDM agar SPBU swasta yang mengalami kelangkaan stok membeli pasokan dari BUMN tersebut. Namun, kerja sama itu batal sebelum terealisasi.

Baca Juga: Daftar Harga BBM Pertamina Terbaru Jumat, 19 September 2025: Hemat Rp300 Per Liter Hari Ini

rb-3

Banyak pihak menilai pembatalan ini mencerminkan adanya masalah kualitas pada pasokan BBM Pertamina. Vivo, Shell, dan BP awalnya sempat menyatakan minat dan Pertamina bahkan telah mendatangkan 100.000 barel base fuel yang disiapkan khusus untuk mereka.

Namun setelah dilakukan pemeriksaan, BBM tersebut dinilai tidak sesuai spesifikasi teknis yang mereka kehendaki.

BBM Pertamina Mengandung Etanol 3,5 Persen

Baca Juga: VIVO Batal Kerja Sama dengan Pertamina, Terungkap Kandungan Etanol 3,5 Persen

SPBU VIVO (Instagram @spbuvivo)SPBU VIVO (Instagram @spbuvivo)

Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengakui bahwa kandungan etanol dalam base fuel mencapai 3,5 persen.

Meski angka itu masih di bawah batas toleransi pemerintah (hingga 20 persen), SPBU swasta menolak karena dianggap tidak cocok dengan spesifikasi produk dan standar internal mereka.

Vivo dan BP-AKR melalui APR menyatakan tidak melanjutkan pembelian karena kandungan tersebut, sementara Shell disebut terkendala birokrasi internal.

Penolakan ini membuat muncul narasi publik bahwa kualitas BBM Pertamina kalah jauh dibanding produk impor atau BBM yang biasa digunakan SPBU swasta.

Beberapa pengamat energi bahkan menyebut kualitas BBM Pertamina sebagai salah satu yang paling rendah di kawasan Asia, terutama terkait campuran aditif, tingkat kebersihan tangki distribusi, dan kandungan sulfur.

Meski belum ada hasil investigasi independen yang menguatkan klaim tersebut, kritik terhadap kualitas BBM Pertamina bukan isu baru.

Konsumen kendaraan pribadi hingga operator industri beberapa kali mengeluhkan performa mesin yang menurun, endapan residu, hingga potensi mempercepat penurunan komponen mesin.

SPBU Swasta Rumahkan Karyawan

SPBU BP AKR (Instagram @bp_idn)SPBU BP AKR (Instagram @bp_idn)

SPBU swasta pun kini menghadapi dampak serius. BP-AKR telah menyatakan potensi merumahkan karyawan jika stok tidak segera pulih.

Di lapangan, sejumlah SPBU Vivo hanya menyisakan BBM RON 92 itupun dalam jumlah terbatas.

Menurut salah satu petugas SPBU, kelangkaan ini bisa berlangsung hingga awal 2026 meski pasokan mereka disebut sudah tersedia di luar negeri.

Di sisi lain, narasi bahwa BBM berkualitas buruk berpotensi membahayakan kesehatan publik juga mencuat.

Jika bahan bakar dengan komposisi tidak ideal terbakar secara tidak sempurna atau menguap di udara, manusia bisa menghirup senyawa berbahaya seperti benzena, karbon monoksida, partikulat halus (PM2.5), atau sulfur.

Paparan jangka pendek bisa menyebabkan sakit kepala, mual, iritasi saluran pernapasan, dan penurunan fungsi paru. Dalam jangka panjang, risiko kanker, gangguan sistem saraf, dan penyakit pernapasan kronis bisa meningkat.

Kandungan etanol yang tidak sesuai standar perangkat mesin juga dapat meningkatkan emisi tak sempurna.

Bila uap BBM berkualitas buruk terhirup terus-menerus, terlebih di SPBU atau wilayah padat kendaraan, dampaknya tidak hanya dirasakan pekerja lapangan, tapi juga masyarakat sekitar.

Meski demikian, Pertamina menegaskan bahwa base fuel mereka tetap berada dalam regulasi pemerintah dan aman digunakan di dalam negeri.

Namun, penolakan Vivo, Shell, dan BP memperlihatkan adanya jurang standar antara kebutuhan pasar swasta dan produk BUMN tersebut.

Kini publik menunggu langkah lanjutan: apakah Pertamina akan menyesuaikan spesifikasi agar SPBU swasta kembali berminat, atau apakah SPBU asing lebih memilih impor pasokan sendiri demi menjaga citra dan kualitas layanan mereka.

Satu hal yang jelas, penolakan tiga perusahaan sekaligus menjadi pukulan telak dan memunculkan kembali isu kualitas BBM di Indonesia.

Tag pertamina bbm shell spbu bp akr vivo

Terkait

Terkini