Profil Karlinah Umar Wirahadikusumah: Pendamping Setia Wapres ke-4 RI

Jakarta berduka di pagi yang tenang. Senin, 6 Oktober 2025, pukul 04.33 WIB, menjadi saksi berpulangnya sosok perempuan penuh keteladanan ke pangkuan Ilahi.

Di ruang perawatan intensif RSPAD Gatot Subroto, Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah binti Djaja Atmadja menghembuskan napas terakhir di usia 95 tahun.

Kabar wafatnya istri mendiang Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia, Umar Wirahadikusumah, cepat menyebar dan menyentuh hati banyak orang. Ucapan duka mengalir dari berbagai kalangan pejabat negara, tokoh nasional, hingga masyarakat luas yang mengenang kebaikan beliau.

Baca Juga: Istri Wakil Presiden ke-4 RI Umar Wirahadikusumah, Karlinah Meninggal di Usia 95 Tahun

“Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un. Telah berpulang Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah di RSPAD Gatot Subroto.”

Doa tulus pun mengiringi kepergiannya. Semoga Allah SWT menempatkan almarhumah di tempat terbaik dan menerima seluruh amal bakti yang telah beliau curahkan untuk bangsa.

Perempuan di Balik Keteguhan Negara

Karlina (X)

Baca Juga: Biodata dan Agama Karlinah Umar Wirahadikusumah, Istri Wapres ke-4 RI Meninggal Dunia

Lahir pada 30 Juli 1930 dengan nama Karlinah Djaja Atmadja, beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati namun berjiwa besar. Sebagai pendamping seorang prajurit dan negarawan, Karlinah menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan, kedisiplinan, dan keikhlasan.

Saat sang suami menjabat sebagai Wakil Presiden RI periode 1983–1988, Karlinah tetap memilih bekerja dalam diam. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan organisasi perempuan, menunjukkan kepedulian nyata terhadap kesejahteraan masyarakat kecil.

Atas dedikasinya, pemerintah menganugerahkan Satya Lencana Kebaktian Sosial (1982) bukti pengabdian tulus yang telah ia berikan bagi sesama.

Kini, jasad beliau telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, bersemayam di antara tokoh-tokoh bangsa yang berjasa bagi negeri ini.

Cinta Sejati Umar dan Karlinah

Di balik wibawa seorang Umar Wirahadikusumah, tersimpan kisah cinta yang hangat dengan Karlinah. Keduanya pertama kali bertemu pada akhir 1956 di Bandung. Saat itu, Karlinah bekerja di Kantor Pusat Perbendaharaan, sementara Umar masih menjabat sebagai Letkol.

Pertemuan singkat itu berlanjut ke jenjang pernikahan pada 2 Februari 1957. “Cepat memang, baru kenal langsung minta,” kenang almarhumah suatu ketika dengan tawa kecil.

Sejak itu, Karlinah menjadi penopang setia di setiap langkah sang suami dari medan militer hingga kursi kekuasaan. Mereka dikenal sebagai pasangan sederhana yang saling mendukung dan menjaga kehormatan keluarga di tengah arus politik dan jabatan.

Warisan Abadi Seorang Ibu Bangsa

Kepergian Ibu Karlinah meninggalkan duka mendalam sekaligus teladan yang abadi. Ia menunjukkan bahwa kekuatan seorang perempuan tak selalu tampak dalam sorotan publik, melainkan dalam ketulusan dan pengabdian yang tak henti.

Dalam diam, beliau menanamkan nilai luhur: kesederhanaan, kejujuran, dan semangat melayani. Di tengah zaman yang serba cepat, sosok seperti Ibu Karlinah adalah pengingat bahwa pengabdian sejati lahir dari hati yang ikhlas.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan ampunan untuk beliau, serta menjadikan keteladanannya sebagai cahaya bagi generasi penerus bangsa.