Rekam Jejak Jokowi di PDIP Hingga Akhirnya Dipecat
Politik

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri akhirnya resmi memecat Joko Widodo (Jokowi) dari keanggotaan partai. Diketahui hubungan keduanya merenggang jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Partai, Komarudin Watubun mengumumkan surat resmi pemecatan Jokowi beserta anak dan menantunya, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, Senin (16/12).
Pemecatan itu tertuang dalam tiga Surat Keputusan (SK) yang berbeda. Masing-masing SK nomor 1649 untuk Joko Widodo, SK Nomor 1650 untuk Gibran Rakabuming Raka dan SK Nomor 1651 untuk Bobby Nasution.
Baca Juga: Percepat Proses Pembayaran Belanja Negara, Jokowi Luncurkan Kartu Kredit Pemerintah
Ketiga surat itu ditanda tangani oleh Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto pada 4 Desember 2024.
Komarudin Watubun menyebut Jokowi dianggap telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk mengintervensi Mahkamah Konstitusi (MK) dengan mencalonkan putranya, Gibran Rakabuming Raka untuk maju di Pilpres 2024 menjadi wakil Prabowo Subianto.
“Menyalahgunakan kekuasaan untuk mengintervensi MK yang menjadi awal rusaknya sistem demokrasi, sistem hukum, dan sistem moral-etika kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan pelanggaran etik dan disiplin partai, dikategorikan sebagai pelanggaran berat,” demikian yang tertulis dalam keterangan pemecatan Jokowi.
Baca Juga: Hashim Djojohadikusumo Datangi Rumah Jokowi, Ini yang Dibahas Menurut Budi Arie
Awal Mula Pilkada Solo
Jokowi resmi menjadi kader PDIP selama 20 tahun sejak bergabung pada 2004, menjelang pencalonannya sebagai Wali Kota Solo. Saat itu, ia menduduki posisi sebagai salah satu pengurus di DPC PDIP Solo.
Pada 2005, Jokowi maju di Pilkada Solo diusung oleh PDIP dan PKB. Jokowi maju bersama politikus senior PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo atau yang akrab disapa FX Rudy. Pasangan ini kemudian memenangkan pertarungan dengan mengantongi 36,62 persen suara.
Pasangan ini kemudian maju kembali untuk periode keduanya di tahun 2010 dan menang mutlak dengan perolehan suara 90,09 persen. Perolehan suara pasangan ini menjadi sejarah dalam pemilu di Indonesia.
Belum sampai lima tahun dalam periode keduanya, Jokowi kemudian dibawa untuk maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi dianggap sukses selama di Solo dengan rekam jejaknya yang menarik perhatian para pimpinan partai di Jakarta.
Pada Pilkada Jakarta 2012, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok, yang saat itu baru bergabung di Partai Gerindra setelah pindah dari Golkar. Keduanya kemudian menang dan dilantik pada Oktober 2012.
Menjelang Pilpres 2014, Jokowi kemudian diisukan maju setelah namanya unggul di beberapa hasil survei. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri akhirnya resmi mengusung Jokowi yang belum genap dua tahun menjadi Gubernur Jakarta untuk berkompetisi di Pilpres 2014.
Jokowi maju bersama Jusuf Kalla dan menang mengalahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Selesai di periode pertamanya, PDIP kemudian kembali mengusung Jokowi pada Pilpres 2019. Saat itu, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin.
Untuk kedua kalinya, Jokowi berhasil menumbangkan Prabowo Subianto yang saat itu menggandeng Sandiaga Uno. Jokowi berhasil mencatatkan sejarah sebagai tokoh sipil yang bisa menjabat presiden dua periode pasca reformasi.
Pada periode keduanya, Jokowi mengajak Prabowo Subianto untuk bergabung dalam pemerintahannya. Jokowi memberikan posisi Menteri Pertahanan dalam kabinetnya.
Mulai Merenggang
Memasuki tahun 2023, hubungan Jokowi dan PDIP mulai diisukan merenggang. Ketua Umum PDIP Perjuangan (PDIP) mengatakan Jokowi bukan apa-apa tanpa partai berlogo banteng itu.
“Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau nggak ada PDI Perjuangan juga, duh kasihan dah,” ucap Megawati Soekarnoputri dalam acara HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, 10 Januari 2023.
Pernyataan Megawati itu disambut tepuk tangan ribuan kader yang hadir. Sedangkan Jokowi hanya tersenyum mendengar pernyataan tersebut.
Kerenggangan antara keduanya terus mengemuka setelah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, PPP dan PAN gagal merayu Ganjar Pranowo untuk maju di Pilpres 2024.
Saat itu, KIB disebut-sebut menjadi sekoci Jokowi untuk mengusung Ganjar Pranowo di luar PDIP. Dalam beberapa kesempatan Jokowi kerap memberi sinyal mendukung Ganjar Pranowo dengan menyebutnya sebagai sosok rambut putih.
Namun, Ganjar Pranowo tetap maju dari PDIP bersama Mahfud MD. KIB pun akhirnya bubar. PPP kemudian bergabung dengan PDIP dan ikut mengusung Ganjar-Mahfud, sementara PAN dan Golkar bergabung dengan Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto.
Jokowi dikabarkan tidak dilibatkan oleh Megawati, ketika PDIP memutuskan mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024.
Momen terakhir kebersamaan Jokowi dengan PDIP dan Megawati terjadi di Rakernas PDIP ke-IV, JIExpo Kemayoran, Jakarta, 29 September 2023 atau 20 hari sebelum proses pendaftaran capres-cawapres ke KPU.
Saat itu Jokowi dan Ganjar menampilkan kemesraan menggandeng Megawati yang sedang menuruni podium usai berpidato. Jokowi juga menyampaikan pidato dalam momen tersebut.
Setelah itu, Jokowi tidak pernah hadir lagi dalam acara partai berlogo banteng itu. Termasuk saat HUT PDIP ke-51 yang digelar secara terbatas di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada 10 Januari 2024.
Kemudian, Rakernas V partai yang digelar pada 24-26 Mei 2024 di JI-Expo Kemayoran, Jakarta Pusat. Status Jokowi di PDIP semakin dipertanyakan setelah anaknya, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo di Pilpres 2024.
Duet Prabowo-Gibran mengalahkan jagoan PDIP Ganjar-Mahfud dan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang disokong NasDem, PKB dan PKS.
Jokowi-PDIP End Game
Walaupun terus berseberangan selama Pilpres dan Pilkada 2024, PDIP belum benar-benar menyatakan secara terang-terangan mengenai status Jokowi sebagai kader.
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Partai, Komarudin Watubun menjelaskan PDIP menghormati status Jokowi sebagai presiden dua periode di Republik Indonesia.
Menurut Komarudin Watubun, Jokowi secara de facto memang bukan lagi kader PDIP. Namun, pihaknya tidak mau reaktif karena menghormati status Jokowi sebagai Presiden.
“Bagaimanapun kita tetap menjaga kehormatan dia sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, panglima tertinggi. Itu kita jaga. Tidak bisa kita ambil tindakan pemecatan,” ucap Komarudin Watubun di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (4/12).
Sekarang, Komarudin Watubun resmi mengumumkan surat pemecatan terhadap Joko Widodo serta anak dan menantunya, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, Senin (16/12).
Komarudin Watubun membacakan SK pemecatan terhadap Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution yang tertuang dalam tiga surat berbeda.
Dalam SK Nomor 1649, PDIP menyebut Jokowi telah melanggar AD/ART, kode etik dan disiplin partai dengan melawan secara terang-terangan keputusan partai yang mencalonkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024. Jokowi disebut, justru mendukung calon yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).
“Satu, memberi sanksi organisasi berupa pemecatan kepada Joko Widodo dari keanggotaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dua, melarang saudara tersebut di atas, pada diktum satu di atas untuk tidak melakukan kegiatan dan menduduki jabatan apapun yang mengatasnamakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,” demikian bunyi penggalan surat tersebut.