Saham IHSG Senin 8 September 2025: Pergantian Sri Mulyani Bikin Dolar AS Menguat?
Ekonomi Bisnis

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 8 September 2025, mencatat penurunan signifikan.
Sentimen utama datang dari reshuffle kabinet Presiden Prabowo Subianto yang mengganti Sri Mulyani Indrawati dari kursi Menteri Keuangan dengan Purbaya Yudhi Sadewa, mantan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
IHSG Turun 1,28% Usai Reshuffle Kabinet
Ilustrasi IHSH anjlok. [Istimewa]IHSG ditutup melemah 1,28% ke level 7.766,84. Padahal di awal sesi perdagangan, indeks sempat berada di zona hijau sebelum akhirnya terkoreksi tajam setelah kabar reshuffle kabinet menyebar.
Data perdagangan mencatat 451 saham melemah, 232 saham menguat, frekuensi transaksi mencapai 2,2 juta kali, volume perdagangan 36,65 miliar saham, nilai transaksi harian Rp20,15 triliun.
Sektor consumer cyclical menjadi yang paling tertekan dengan penurunan hingga 2,48%. Indeks LQ45 juga ikut merosot 2,03%, menunjukkan tekanan yang cukup merata di berbagai saham unggulan.
Dampak Pergantian Sri Mulyani bagi Pasar Saham
Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani. [Instagram]Sri Mulyani selama ini dianggap sebagai figur yang sangat kredibel oleh investor global dan menjadi simbol stabilitas fiskal Indonesia. Pengunduran dirinya menimbulkan kekhawatiran di pasar mengenai arah kebijakan keuangan pemerintahan ke depan.
Menurut sejumlah analis pasar modal, efek psikologis pergantian Sri Mulyani lebih kuat dibandingkan kondisi fundamental ekonomi saat ini. Investor asing maupun domestik melakukan aksi jual karena menilai risiko ketidakpastian fiskal semakin besar.
Pengganti Sri Mulyani, yakni Purbaya Yudhi Sadewa, dinilai harus segera menunjukkan kredibilitas serta arah kebijakan yang konsisten agar kepercayaan pasar bisa pulih.
Dolar AS Menguat, Rupiah Tertekan
Ilustrasi rupiah tertekan. [ChatGPT/FT News]Selain faktor politik, pelemahan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Nilai tukar rupiah melemah ke level Rp16.327 per dolar AS pada perdagangan hari yang sama.
Penguatan dolar AS terjadi seiring meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian global. Kondisi ini memberi tekanan ganda, baik terhadap rupiah maupun terhadap pasar saham domestik.