Sambut Bonus Demografi, Kesehatan di Indonesia Masih Timpang
Nasional

FTNews - Dalam peresmian Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU), Senin (6/5), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung mengenai potensi bonus demografi Indonesia. Terutama, pentingnya komitmen pemerintah untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Pemerintah Indonesia memperkirakan bahwa Indonesia akan mencapai bonus demografi pada 10-15 tahun yang akan mendatang. Bonus demografi sendiri merupakan suatu kondisi di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dari pada usia non-produktif (65 tahun ke atas).
“Tetapi 68 persen usia produktif itu akan percuma, jika kesehatannya tidak baik. Oleh sebab itu, mati-matian kita harus menyiapkan ini, harus merencanakan ini, harus merombak hal-hal yang kurang, harus kita perbaiki semuanya,†ungkap Presiden RI.
Baca Juga: Soal Wacana Kewarganegaraan Ganda, DPR: Angin Segar!
Presiden Jokowi juga telah menyempatkan dirinya untuk mengunjungi dan mengamati berbagai fasilitas kesehatan di berbagai daerah. Pengamatan ini bertujuan untuk memastikan adanya peralatan medis modern seperti MRI, mammografi, dan cath lab.
Akan tetapi, yang menjadi tantangan besar menurutnya adalah kurangnya dokter spesialis. Terutama di provinsi-provinsi kepulauan.
“Ini menjadi PR besar kita menurut saya. Karena melihat rasio dokter berbanding penduduk kita, saya juga kaget. Tadi saya baru baca, 0,47 dokter dari 1000 penduduk,†jelas Jokowi.
Baca Juga: Pemudik Lakukan Ini Cegah Sakit di Perjalanan
Ketimpangan Kesehatan di Indonesia
Ilustrasi dokter. Foto: Unair
Saat ini, kesehatan di Indonesia masih sangatlah timpang. Berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia, saat ini terdapat 279.328 dokter yang tersebar di Indonesia. Provinsi-provinsi kepulauan memiliki seperti Bangka Belitung, Kepulauan Riau (Kepri), Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara masih kekurangan dokter.
Di Bangka Belitung sendiri memiliki 1.031 dokter, Kepri memiliki 2.417 dokter, dan Bali memiliki 9.623 dokter. Selanjutnya, NTB memiliki 2.852 dokter, NTT memiliki 2.040 dokter, Maluku memiliki 1.108 dokter, dan Maluku Utara 606 dokter.Â
Dengan total 19.677 dokter di provinsi kepulauan tersebut, hanya sekitar 7,04 persen dari total dokter yang ada di Indonesia. Sementera itu, lebih dari 50 persennya, berkumpul di provinsi Jawa Barat (41.995 dokter), Jakarta (39.213 dokter), Jawa Timur (35.337 dokter), dan Jawa Tengah (25.228).
Meski memiliki jumlah dokter yang tinggi, provinsi-provinsi tersebut masih kekurangan jumlah dokter, di mana idealnya adalah satu dokter banding 1000 penduduk. Sebagai contoh, di Jawa Barat memiliki 41.995 dokter dengan jumlah penduduk 49.572.392 jiwa. Perbandingan antara jumlah dokter dan jumlah penduduk Jawa Barat adalah 0,85 banding 1000.
Sementara itu, untuk provinsi kepulauan seperti NTB, juga mengalami kekurangan dokter. NTB sendiri memiliki dokter sebanyak 2.852 dengan jumlah penduduk 5.576.992. Jumlah perbandingan antara dokter dan penduduknya adalah 0,51 banding 1.000.