Sederet Tradisi Unik Ramadan Lintas Negara
Lifestyle

Forumterkininews.id, Jakarta - Bulan Ramadan merupakan salah satu bulan paling dinanti umat Islam sedunia. Dimana selama satu bulan penuh, umat Islam menjalankan ibadah puasa dari pagi hingga petang.
Bicara Ramadan, tentu saja lekat dengan tradisi unik yang hanya akan ditemui setahun sekali. Misalnya di Indonesia, ada istilah ngabuburit yang berarti menunggu waktu berbuka puasa dengan melakukan hal menarik seperti jalan-jalan atau bertemu teman dan kerabat.
Atau mungkin suara kentongan khas Ramadan yang terdengar di sepertiga malam untuk membangunkan warga yang akan bangun untuk makan Sahur. Tak hanya di Indonesia, beberapa negara di dunia juga memiliki tradisi unik saat Ramadan, apa saja?
Baca Juga: Peristiwa Bersejarah Nuzulul Quran, Awal Turunnya Wahyu Suci bagi Umat Islam
Maroko
Selama Ramadan, seluruh wilayah di Maroko dikelilingi nafar, yakni seorang penjaga kota yang mengenakan pakaian tradisional khas Maroko bernama Gandora, lengkap dengan sandal dan topi.
Nafar sendiri yang akan mengabarkan pada penduduk sekitar mengenai dimulainya waktu fajar dengan melodi yang berasal dari alat musik/suaranya.
Baca Juga: Salam Haru Camat "Susah" Kepada Semua Pimpinan TNI
Seorang Nafar dipilih warga kota karena kejujuran dan empatinya. Nafar berjalan menyusuri jalan sambil meniup klakson untuk membangunkan mereka. Tradisi ini, yang menyebar ke seluruh Timur Tengah hingga Maroko, berasal dari abad ketujuh. Ketika seorang sahabat Nabi Muhammad berkeliaran di jalan-jalan saat fajar menyanyikan doa-doa yang merdu.
Turki
Sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, orang-orang Turki yang berpuasa di bulan Ramadan dibangunkan suara ketukan genderang. Seiring kemajuan teknologi, lebih dari 2.000 penabuh masih berkeliaran di jalan-jalan Turki, menyatukan komunitas lokal selama bulan suci Ramadan.
Para penabuh genderang mengenakan kostum tradisional Ottoman, termasuk fez dan rompi yang keduanya dihiasi motif tradisional. Saat mereka berkeliling dengan davul (gendang berkepala dua Turki), para penabuh genderang Ramadan mengandalkan kemurahan hati penduduk untuk memberi mereka tip (bahÅŸiÅŸ). Atau bahkan mengundang mereka untuk berbagi makanan sahur mereka.
BahiÅŸ ini biasanya dikumpulkan dua kali di bulan suci, dengan banyak pemberi percaya bahwa mereka akan menerima keberuntungan sebagai imbalan atas kebaikan mereka.
Baru-baru ini, pejabat Turki memperkenalkan kartu keanggotaan untuk penabuh drum. Hal ini dilakukan untuk menanamkan rasa bangga pada mereka yang bermain. Tidak hanya itu kebijakan ini juga untuk mendorong generasi muda menjaga tradisi agar tetap hidup.
Mesir
Setiap tahun, orang-orang Mesir menyambut Ramadan dengan fanous atau lentera berwarna-warni yang melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci Ramdhan.
Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, tradisi ini telah menjadi sangat terkait dengan bulan suci Ramadan. Dimana hal ini sudah memiliki makna spiritual bagi penduduk Mesir.
Kisah asal muasal Fanous berbeda, tetapi catatan terkemuka menyebutkan kelahiran fanous dimulai di suatu malam selama kepemimpinan dinasti Fatimiyah. Dimana orang Mesir menyambut Khilafah Al-Muʿizz li-Dīn Allah saat ia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadhan.
Untuk menyediakan pintu masuk yang terang baginya, para pejabat militer memerintahkan penduduk setempat untuk memegang lilin di jalan-jalan yang gelap, juga melindungi mereka dalam bingkai kayu agar tidak meledak.
Seiring waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.
Hari ini, fanous sering diintegrasikan ke dalam tradisi lokal lainnya. Misalnya, selama bulan suci, anak-anak berjalan-jalan dengan lampion mereka, bernyanyi dengan riang sambil meminta hadiah dan permen.