Politik

Soeharto Dapat Gelar Jenderal Besar, Begini Alasan Militer Memberinya Bintang 5

11 November 2025 | 18:52 WIB
Soeharto Dapat Gelar Jenderal Besar, Begini Alasan Militer Memberinya Bintang 5
Presiden RI Ke-2 Soeharto memiliki pangkat Jenderal Besar dengan 5 bintang. [Dokumentasi Tutut Soeharto]

Pangkat Jenderal Besar merupakan gelar kehormatan tertinggi dalam sejarah TNI Angkatan Darat. Pangkat ini hanya dimiliki oleh tiga tokoh besar: Jenderal Besar Sudirman, Jenderal Besar A.H. Nasution, dan Jenderal Besar Soeharto.

rb-1

Ketiganya dinilai memiliki jasa luar biasa dalam perjalanan sejarah dan pertahanan Indonesia.

Baca Juga: Kenapa Kasus Oknum TNI Pukul Karyawan Zaskia Adya Mecca Butuh Proses 4 Bulan?

rb-3

Namun, di antara tiga nama itu, gelar Jenderal Besar yang disematkan kepada Soeharto pada 5 Oktober 1997 menjadi yang paling kontroversial.

Mengapa Soeharto, sosok yang kala itu tengah menuai kritik atas kepemimpinannya, bisa mendapatkan pangkat tertinggi dengan lima bintang emas di pundak?

Lahir dari Gagasan Salim Said

Baca Juga: Kronologi Oknum TNI AD Praka Situmorang Ngamuk dan Lepas Tembakan di Bank BRI Gowa

Presiden RI Ke-2 Soeharto [Dokumentasi Tutut Soeharto]Presiden RI Ke-2 Soeharto [Dokumentasi Tutut Soeharto]

Kisah di balik penganugerahan pangkat bintang lima ini ditulis oleh sejarawan dan pengamat politik militer Salim Said dalam bukunya “Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian.”

Awalnya, Salim hanya ingin memberikan penghargaan khusus kepada Jenderal A.H. Nasution atas jasa dan pengabdiannya di militer. Namun, muncul kendala politik. Ia menyadari bahwa Presiden Soeharto saat itu tidak akan rela jika Nasution memiliki pangkat lebih tinggi darinya.

Untuk menghindari konflik simbolik itu, Salim mencari solusi.

“Setelah berhari-hari saya berpikir, saya menemukan jalan keluar. Panglima Besar Sudirman juga harus dianugerahi bintang lima. Dengan begitu, Soeharto, Nasution, dan Sudirman sama-sama sejajar sebagai Jenderal Besar,” tulis Salim.

Peran Soeharto dalam Menyelamatkan Negara

Pemberian pangkat bintang lima kepada Soeharto tidak datang tanpa alasan. Ia dianggap memiliki jasa besar dalam menyelamatkan Indonesia dari ancaman komunisme pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 (Gestapu).

Sebagai Panglima Kostrad, Soeharto bergerak cepat mengambil alih kendali situasi darurat nasional setelah enam jenderal Angkatan Darat dibunuh. Langkah tegasnya menumpas PKI membuatnya dijuluki sebagai penyelamat bangsa dari krisis ideologi paling kelam dalam sejarah Indonesia.

Dari momentum itulah Soeharto naik ke puncak kekuasaan, menggantikan Presiden Sukarno, dan kemudian membentuk rezim Orde Baru yang bertahan lebih dari tiga dekade.

Pewaris Doktrin Nasution, Pelaksana Dwifungsi ABRI

Jika Sudirman adalah peletak dasar militer Indonesia dan Nasution perumus doktrin “Jalan Tengah” yang kemudian dikenal sebagai dwifungsi ABRI, maka Soeharto dianggap sebagai pelaksana paling nyata dari doktrin tersebut.

Melalui Seminar Angkatan Darat II di Bandung pada Agustus 1966, Soeharto memantapkan posisi ABRI bukan hanya sebagai alat pertahanan negara, tetapi juga sebagai kekuatan sosial-politik yang ikut mengatur arah pembangunan nasional.

Dengan doktrin itu, Soeharto menempatkan militer di jantung pemerintahan, menjadikannya pilar stabilitas politik sekaligus motor pembangunan ekonomi.

Soeharto dan Hilangnya Batas antara Militer dan Politik

Peran Soeharto inilah yang membuatnya dinilai berhasil “memanfaatkan” dwifungsi ABRI menjadi alat kontrol negara. Di bawah kepemimpinannya, tentara bukan hanya penjaga kedaulatan, tetapi juga pengelola birokrasi dan ekonomi nasional.

Kendati banyak dikritik karena melanggengkan kekuasaan militer di ruang sipil, konsep yang digagas Soeharto dianggap efektif menjaga stabilitas nasional selama masa transisi politik pasca-1965 hingga akhir 1980-an.

Atas dasar peran strategis inilah, Soeharto dianggap layak disejajarkan dengan dua tokoh besar TNI lainnya — Sudirman dan Nasution.

Penganugerahan Tiga Jenderal Besar

Setelah melalui berbagai pertimbangan, gagasan Salim Said akhirnya sampai ke tangan Jenderal Feisal Tanjung, lalu diteruskan ke istana. Pada Hari ABRI, 5 Oktober 1997, ketiganya — Sudirman, Nasution, dan Soeharto — resmi dianugerahi pangkat Jenderal Besar TNI, masing-masing dengan lima bintang di pundak.

Penghargaan itu menjadi simbol penyatuan sejarah TNI dari masa revolusi, masa ideologi, hingga masa pembangunan.

Arti Lima Bintang di Pundak Soeharto

Lima bintang emas di pundak Soeharto melambangkan kekuasaan militer tertinggi yang pernah dicapai dalam sejarah Indonesia. Namun di balik gemerlap pangkat itu, tersimpan ironi — karena bagi sebagian pihak, Soeharto justru menjadi simbol kontroversi antara militerisme dan demokrasi.

Meski begitu, tidak dapat disangkal bahwa perannya dalam menyelamatkan negara dari ancaman komunis, menegakkan stabilitas, dan membangun fondasi ekonomi nasional menjadi alasan utama mengapa Soeharto layak menyandang pangkat Jenderal Besar.

Tag tni soeharto jenderal