Soeharto Dapat Gelar Jenderal Besar, Begini Alasan Militer Memberinya Bintang 5
Pangkat Jenderal Besar merupakan gelar kehormatan tertinggi dalam sejarah TNI Angkatan Darat. Pangkat ini hanya dimiliki oleh tiga tokoh besar: Jenderal Besar Sudirman, Jenderal Besar A.H. Nasution, dan Jenderal Besar Soeharto.
Ketiganya dinilai memiliki jasa luar biasa dalam perjalanan sejarah dan pertahanan Indonesia.
Baca Juga: Kenapa Kasus Oknum TNI Pukul Karyawan Zaskia Adya Mecca Butuh Proses 4 Bulan?
Namun, di antara tiga nama itu, gelar Jenderal Besar yang disematkan kepada Soeharto pada 5 Oktober 1997 menjadi yang paling kontroversial.
Mengapa Soeharto, sosok yang kala itu tengah menuai kritik atas kepemimpinannya, bisa mendapatkan pangkat tertinggi dengan lima bintang emas di pundak?
Lahir dari Gagasan Salim Said
Baca Juga: Kronologi Oknum TNI AD Praka Situmorang Ngamuk dan Lepas Tembakan di Bank BRI Gowa
Presiden RI Ke-2 Soeharto [Dokumentasi Tutut Soeharto]
Kisah di balik penganugerahan pangkat bintang lima ini ditulis oleh sejarawan dan pengamat politik militer Salim Said dalam bukunya “Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian.”
Awalnya, Salim hanya ingin memberikan penghargaan khusus kepada Jenderal A.H. Nasution atas jasa dan pengabdiannya di militer. Namun, muncul kendala politik. Ia menyadari bahwa Presiden Soeharto saat itu tidak akan rela jika Nasution memiliki pangkat lebih tinggi darinya.
Untuk menghindari konflik simbolik itu, Salim mencari solusi.
“Setelah berhari-hari saya berpikir, saya menemukan jalan keluar. Panglima Besar Sudirman juga harus dianugerahi bintang lima. Dengan begitu, Soeharto, Nasution, dan Sudirman sama-sama sejajar sebagai Jenderal Besar,” tulis Salim.
Peran Soeharto dalam Menyelamatkan Negara
Pemberian pangkat bintang lima kepada Soeharto tidak datang tanpa alasan. Ia dianggap memiliki jasa besar dalam menyelamatkan Indonesia dari ancaman komunisme pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 (Gestapu).
Sebagai Panglima Kostrad, Soeharto bergerak cepat mengambil alih kendali situasi darurat nasional setelah enam jenderal Angkatan Darat dibunuh. Langkah tegasnya menumpas PKI membuatnya dijuluki sebagai penyelamat bangsa dari krisis ideologi paling kelam dalam sejarah Indonesia.