Timur Tengah Semakin “Panas”, Ini Sikap Indonesia

Politik

Kamis, 12 Desember 2024 | 15:30 WIB
Timur Tengah Semakin “Panas”, Ini Sikap Indonesia
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Anis Matta. (Foto: Ist)

Timur Tengah menjadi salah satu wilayah yang tengah dilanda konflik yang berkepanjangan. Wilayah ini telah lama menjadi ‘titik panas’ konflik karena beberapa alasan. Misalnya politik, sosial, ekonomi sampai agama.

rb-1

Salah satu konflik yang menyebabkan ketegangan di dunia adalah jatuhnya pemerintahan di Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al-Assad. Setelah belasan tahun perang saudara menghantui negara tersebut, rezim Al-Assad berhasil ditumbangkan.

Dilansir dari Al Jazeera, Kamis (12/12), keluarga Bashar Al-Assad sudah berkuasa selama puluhan dekade di Suriah. Sebelum Bashar Al Assad menjabat, ayahnya yaitu Hafez Al Assad terlebih dulu menjabat sejak 12 Maret 1971 sampai wafat pada 10 Juni 2000.

Baca Juga: Rezim Assad Runtuh, PBB Dorong Pemilu Bebas dan Adil di Suriah

rb-3

Presiden Suriah yang digulingkan, Bashir Al Assad. (Foto: Ist)

Setelah ayahnya meninggal, Bashar Al Assad ‘naik tahta’ dan menjabat sebagai presiden hingga akhirnya berhasil dilengserkan. Selama masa kepemimpinannya, Suriah selalu dihantui penindasan dan pertumpahan darah.

Turunnya Bashar Al Assad disambut dengan gembira oleh warga setempat. Gema takbir juga terdengar pada Minggu (8/12) setelah kejatuhan Al Assad diumumkan.

Bahkan, Kantor Kedutaan Besar Suriah di berbagai negara juga mengganti benderanya menjadi bendera baru berwarna hijau, putih dan hitam. Bendera itu melambangkan kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di Suriah yaitu Dinasti Rasyid dan Abbasiyah.

Baca Juga: Bashar al-Assad Kabur ke Rusia Usai Digulingkan Oposisi, Joe Biden Bilang Begini

Sedangkan tiga bintang merah di tengah memiliki arti perlawanan terhadap rezim yang dianggap otoriter, yaitu rezim Bhasar Al Assad. Kedutaan Suriah di Jakarta juga melakukan hal yang sama untuk menyambut lengsernya dinasti itu.

Menanggapi situasi Timur Tengah, khususnya Suriah, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Anis Matta menjelaskan jika Indonesia akan terus memantau dengan cermat perkembangan situasi di Suriah.

Tidak hanya itu, melalui akun X resmi milik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, tertulis bahwa Indonesia turut mengkhawatirkan pengaruh situasi itu terhadap keamanan regional dan dampak kemanusiaan yang ditimbulkan.

Wamenlu juga menegaskan jika Indonesia akan menghormati keutuhan Suriah. Anis Matta juga berharap agar rakyat Suriah dapat memulai kehidupan baru yang lebih baik pasca tumbangnya Presiden Bashar Al Assad.

Rakyat Suriah bergembira dan turun ke jalan usai berakhirnya rezim Bashar Al Assad. (Foto: Ist)

“Indonesia menghormati keutuhan wilayah Suriah dan mengharapkan rakyat Suriah dapat memulai kehidupan yang lebih baik,” tegasnya dalam rilis Kemlu.

Menurut Kemlu, krisis di Suriah hanya dapat diselesaikan melalui proses transisi yang inklusif, demokratis, damai serta mengedepankan kepentingan dan keselamatan rakyat Suriah agar tetap dapat menjadi kedaulatan, kemerdekaan dan keutuhan wilayah tersebut.

Indonesia juga menyerukan perlindungan terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Indonesia mendorong semua pihak untuk membantu perlindungan rakyat Suriah melalui hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional.

Sejauh ini, Indonesia dan Suriah juga masih memiliki hubungan bilateral yang baik dan erat. Indonesia dan Suriah saling mendukung kerja sama dalam berbagai sektor, salah satunya di bidang ekonomi.

Misalnya, pada September 2024, Indonesia dan Suriah sepakat menandatangani Perjanjian Bebas Visa Bagi Paspor Diplomatik dan Dinas antara Indonesia dan Suriah. Hal ini menunjukkan komitmen kuat kedua negara untuk meningkatkan hubungan bilateral yang sudah lama terjalin.

Bahkan, di tengah kondisi yang memanas, Kedutaan Besar Indonesia di damaskus sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan evakuasi terhada8p diaspora Indonesia di Suriah jika situasi keamanan di negara tersebut memburuk.

Tag Suriah Kementerian Luar Negeri Anis Matta Konflik Timur Tengah

Terkini