Tjia Khang Hoo, Masjid Unik Mirip Kelenteng Simbol Toleransi Beragama
Lifestyle

FTNews - Bangunan masjid dengan arsitektur Islam berbentuk persegi dan terdapat kubah bola berukuran besar sudah menjadi ciri khas tempat ibadah umat Islam di Indonesia.
Kali ini berbeda dengan masjid lainnya, ‘Tjia Khang Hoo’ masjid yang dibangun oleh keluarga keturunan Tionghoa di Jalan H Soleh, Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur ini memiliki keunikan tersendiri.
Tim FTNews.id mencoba menelusuri bangunan masjid, pada Selasa (19/3). Dari pinggir jalan menuju pintu masuk masjid ini, seperti kita hendak menuju tempat ibadah umat Khonghucu atau vihara.
Disambut dengan bangunan berwarna merah menyala di bagian tembok masjid dengan berlapis warna emas di bagian atap hingga kubahnya membuat ingin mengetahui lebih dalam soal cerita di baliknya.
Baca Juga: Album Solo J-Hope BTS Duduki Puncak iTunes 49 Negara
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Tjia Khang Hoo, Muhammad Wildan Hakiki menceritakan pilihan warna merupakan warna identik masyarakat Tionghoa.
“Merah identik dengan Tionghoa. Gold itu kelihatan mewah. Merah ketemu gold (emas) kan cocok, jadi keliatan mewah. Kita bakukan warnanya merah dan gold,†ungkap Wildan, kepada FTNews, Selasa (19/3).
Wildan mengatakan, pembangunan masjid ini berdasarkan gagasan bersama ayahnya, H Budiyanto memang tidak ingin menghilangkan khas etnis Tionghoa. Terlebih tanah masjid ini merupakan peninggalan sang kakek dan juga berada di lingkungan keluarganya.
Baca Juga: Memang Boleh Jual Ginjal? Ini Aturan Hukum dan Alasan Kesehatannya
“Ayah saya tidak ingin melupakan almarhum ayahnya. Karena masih ada turunan etnis Tionghoa dan di sekitar masjid ini mayoritas non muslim dan semua. Hampir 80 persen beragama Khonghucu. Dan mereka semua saudara dari almarhum kakek saya semua, makanya kita di sini hidup berdampingan tanpa ada gesekan sedikit pun,†papar Wildan.

Desain Masjid
Ketika hendak memasuki bagian teras masjid, terdapat dua pintu masuk berukuran 1x2 meter yang sengaja sang pemilik masjid desain.
Tulisan ‘Pintu Masuk Wanita’ ada di sebelah kiri dan ‘Pintu Masuk Pria’ ada di sebelah kanan. Hal ini tertulis untuk membedakan tempat wudhu serta pintu untuk menuju ke dalam masjid.
Kemudian ketika ingin menuju ke bagian dalam masjid, jika kepala menghadap ke atas bangunan masjid, mata dimanjakan dengan hiasan lampu gantung khas Turki dan lampu gantung bertuliskan lafadz ‘Allah’ dan ‘Muhammad’.
Selanjutnya saat masuk ke dalam ruangan salat, ada dua pintu masing-masing untuk jamaah wanita dan pria. Pintu wanita bertuliskan ‘Pintu Hajjah Rokiyah’ dan ‘Pintu Hajjah Fatimah’. Sementara untuk jamaah laki-laki bertuliskan ‘Pintu Haji Abdul Soleh’ dan ‘Pintu Haji Karta’.
Keempat nama yang tertera di atas pintu masjid ini mereka dari nama orang tua dan juga mertua pemilik masjid, H Budiyanto.
“Haji Karta mertuanya pak H Budiyanto, Hajjah Fatimah ini ibu mertuanya. Kong Haji (Haji Abdul Soleh) bapaknya pak H Budiyanto dan Mak Aji (Rokiyah) ibunya,†kata Wildan.
Sementara itu dalam ruangan salat terlihat pada dinding depan masjid terdapat 99 Asmaul Husna atau nama-nama Allah. Berada pada hiasan dinding yang berasal dari ‘Hiasan Dinding Kuningan’.
“Ini Kuningan pesan langsung dari Boyolali. Ini asli hasil buatan tangan sendiri. Pembuatan kuningannya memakan waktu 10 bulan,†jelas Wildan.
Selain itu pada bagian kubah masjid ini juga berlapis kuningan asli. Nantinya Putra H Budiyanto ini juga berencana akan melapisi kuningan pada dalam kubah masjid.
“Sekarang masih proses. Sambil berjalan, yang penting operasional masjid sudah berjalan,†kata Wildan.
Kemudian dengan dibangunnya masjid ini Wildan dan keluarga berharap agar masyarakat bisa saling rukun dengan agama dan suku lain. Serta dapat membuktikan bahwa kita bisa hidup toleransi antarumat beragama.