Sosial Budaya

Viral Doa 'Ya Allah Lindungi Bilqis' Ayu Ting Ting, Bolehkah Doa Dinyayikan dalam Islam?

17 Desember 2025 | 09:26 WIB
Viral Doa 'Ya Allah Lindungi Bilqis' Ayu Ting Ting, Bolehkah Doa Dinyayikan dalam Islam?
Ayu Ting Ting. [tiktok @comic8revolution]

Artis Ayu Ting Ting menjadi sorotan di media sosial lantaran berdoa dengan nada bernyanyi. Ayu Ting Ting berdoa untuk putri semata wayangnya, Bilqis Khumairah Razak.

rb-1

Tren viralnya doa lagu 'Ya Allah Lindungi Bilqis' ini memicu banyak reaksi netizen termasuk membuat konten serupa seperti parodi. Bahkan banyak juga yang menganggap bahwa doa gaya Ayu Ting Ting tidak patut.

Dalam konteks inilah muncul pertanyaan, apakah doa boleh dinyanyikan dalam Islam?

Baca Juga: Apa Hukum Meninggalkan Salat Jumat Tanpa Alasan Syar’i, Dicap sebagai Kemurtadan?

rb-3

Tradisi Doa dalam Islam

Dikutip situs resmi Muhammadiyah, terkait pertanyaan boleh atau tidak doa dinyayikan? Jawabannya, boleh, selama tujuan utamanya benar-benar untuk berdoa, bukan sekadar bernyanyi atau menampilkan keindahan suara. Ketika doa dilagukan, yang harus dijaga adalah ruh doa itu sendiri, yakni: penghambaan, ketundukan, dan harapan kepada Allah SWT.

Baca Juga: Simbol Islam Ditampilkan di Waterbomb Festival Korea, Netizen Geram

Dalam tradisi Islam, melagukan doa bukanlah hal asing. Alquran sendiri dibaca dengan tartil dan keindahan suara, bukan untuk hiburan, melainkan agar makna dan kekhusyukan lebih meresap ke dalam jiwa. Pun demikian dengan adzan.

Namun, keindahan suara tidak boleh menggeser orientasi doa. Jika fokus berubah menjadi penampilan vokal atau estetika semata, maka substansi doa dikhawatirkan memudar. Prinsip ini ditegaskan secara sangat kuat oleh Rasulullah SAW dalam hadis yang menjadi kaidah agung dalam agama:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, jika doa ingin dinyanyikan, perlu dikuatkan niatnya dulu. Pun demikian agar niat itu kuat perlu diperhatikan adab-adab dalam berdoa. Adab ini bukan perintah mutlak yang menentukan sah atau tidaknya doa, melainkan anjuran agar doa lebih terarah, lebih khusyuk, dan lebih berkah.

Adab Berdoa

Ilustrasi berdoa [Ftnews Copilot]Ilustrasi berdoa [Ftnews Copilot]Dalam buku Tuntunan Dzikir dan Doa Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah, dijelaskan bahwa terdapat empat adab utama dalam berdoa yang patut diperhatikan, termasuk ketika doa dilagukan.

1. Mengangkat kedua tangan

Mengangkat tangan ketika berdoa merupakan simbol ketundukan dan pengharapan seorang hamba. Rasulullah SAW menjelaskan makna mendalam dari adab ini dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Salman al-Farisi RA:

إِنَّ رَبَّكُمْ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ أَنْ يَرْفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ فَيَرُدَّهُمَا صِفْرًا أَوْ قَالَ: خَائِبَتَيْنِ (رواه ابن ماجه)

“Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pemalu lagi Maha Pemurah. Dia merasa malu kepada hamba-Nya yang menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya, lalu Dia mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong atau hampa.” (HR. Ibnu Majah).

Hadis ini menegaskan bahwa mengangkat tangan bukan sekadar gerakan fisik, melainkan ekspresi harapan dan keyakinan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Memberi.

2. Dimulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW

Doa yang baik diawali dengan pengakuan atas keagungan Allah dan penghormatan kepada Rasul-Nya. Fudhalah bin Ubaid RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِمَحَامِدِ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ (رواه أبو داود) “Apabila salah seorang di antara kalian berdoa, hendaklah ia memulai dengan memuji Tuhannya yang Maha Agung dan Maha Perkasa, kemudian bershalawat kepada Nabi SAW, lalu setelah itu berdoalah dengan apa yang dikehendakinya.” (HR. Abu Dawud).

3. Berdoa dengan tadharru’

Tadharru’ yakni sikap merendahkan diri, penuh ketundukan, dan jauh dari kesan berlebih-lebihan. Al-Qur’an dengan tegas mengingatkan:

اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (الأعراف: 55) “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. al-A’raf [7]: 55).

Ayat ini sangat relevan dengan praktik melagukan doa. Melodi dan irama boleh ada, tetapi tidak boleh melampaui batas sehingga menghilangkan kekhusyukan atau berubah menjadi pertunjukan.

4. Menutup doa dengan hamdalah

Mengakhiri doa dengan pujian kepada Allah merupakan bentuk syukur dan pengakuan bahwa segala urusan kembali kepada-Nya. Al-Qur’an menggambarkan adab ini dengan indah:

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (يونس: 10)

“Doa mereka di dalamnya ialah: ‘Subhanakallahumma’, dan penghormatan mereka ialah: ‘Salaam’. Dan penutup doa mereka ialah: ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.’” (QS. Yunus [10]: 10).

Tag ayu ting ting islam