Viral! Netizen Mau Patungan Beli Hutan untuk Selamatkan Alam Indonesia
Ajakan patungan membeli hutan menjadi tren di media sosial. Warganet yang peduli lingkungan ingin melindungi hutan Indonesia dari alih fungsi yang merusak.
Gagasan ini muncul seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap deforestasi yang semakin parah.
Baca Juga: Ini Manfaat Hutan yang Jarang Kita Ketahui
Banjir bandang di Sumatra menjadi peringatan nyata atas dampak kerusakan hutan.
Kejadian ini mendorong masyarakat untuk aktif mencari solusi, salah satunya melalui aksi kolektif membeli dan menjaga lahan berhutan agar tetap lestari.
Patungan Beli Hutan: Solusi Alternatif Perlindungan Alam
Baca Juga: Heboh Aksi Zulkifli Hasan Bantu Korban Banjir Sumatera, Warganet Colek Harrison Ford
Ilustrasi Peta Deforestasi Sumatera. [Instagram]
Fenomena ini viral karena dianggap alternatif ketika kebijakan dan penegakan hukum terkait perlindungan hutan dianggap lemah.
Gagasan ini muncul dari unggahan netizen yang mempertanyakan seberapa mudahnya hutan berubah menjadi perkebunan atau tambang.
Seorang warganet menulis:
"Bikin sedih membaca berita bencana Sumatra. Bisa jadi generasi berikutnya tak akan melihat hutan dan satwa asli Indonesia. Apakah kita bisa patungan beli hutan untuk konservasi?"
Respon terhadap unggahan ini beragam. Beberapa netizen menyebut praktik serupa sudah ada sebelumnya, dilakukan oleh lembaga nirlaba, masyarakat adat, hingga individu.
"NGO ada yang membeli hutan. Di Sumatera Barat, Kalaweit memiliki lahan luas untuk penangkaran siamang dan ungko. Ada juga hutan yang dijaga Ibu Rosita di Bogor," tulis pengguna lain.
Netizen lain menambahkan:
"Melihat donasi untuk Sumatra di Kitabisa tembus Rp 8 miliar, rasanya gerakan rakyat tidak ada yang mustahil. Kita bisa patungan untuk membebaskan lahan dan konservasi hutan bersama-sama."
Motivasi di Balik Patungan Beli Hutan
Hutan gundul. [Instagram]
Gagasan ini lahir dari kekhawatiran masyarakat atas penyusutan luas hutan Indonesia.
Membeli dan menjaga lahan berhutan dipandang sebagai bentuk perlawanan terhadap deforestasi.
Selain itu, ini juga menjadi protes simbolik terhadap minimnya kebijakan perlindungan hutan yang efektif.
Meski implementasinya kompleks dan memerlukan proses panjang, tren ini menunjukkan tingginya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat.
Publik kini semakin aktif mencari cara nyata untuk mengurangi kerusakan hutan Indonesia.