Apa itu Serangan Siber? Bikin Gangguan Bandara di Eropa
Metropolitan

Serangan siber yang membuat gangguan di bandara-bandara besar Eropa pada 19-20 September 2025 menargetkan penyedia layanan sistem check-in dan boarding bernama MUSE yang dioperasikan oleh Collins Aerospace.
Serangan ini menyebabkan sistem check-in elektronik dan drop bagasi tidak berfungsi sehingga ribuan penumpang terlantar, puluhan penerbangan dibatalkan atau ditunda di bandara besar seperti Heathrow London, Brussels, Berlin, Dublin, dan Cork.
Bandara-bandara terpaksa menggunakan proses manual untuk menangani penumpang.
Baca Juga: AP II Kaji Pemanfaatan Kecerdasan Buatan di Bandara
Ilustrasi bandara di Eropa. [Pexels]
Dampak serangan terbatas pada operasi check-in dan boarding, namun mengakibatkan gangguan besar pada lalu lintas penerbangan selama beberapa hari. Pihak terkait dan Komisi Eropa masih menyelidiki penyebab serangan ini.
Apa Itu Serangan Siber
Baca Juga: Kenapa Harga Makanan di Bandara Lebih Mahal?
Ilustrasi serangan siber. [Pexels]
Serangan siber merupakan tindakan ofensif yang dilakukan oleh negara, individu, kelompok, atau organisasi yang menargetkan sistem informasi komputer, jaringan komputer, atau perangkat digital dengan cara yang berbahaya.
Tujuannya bisa berupa mencuri data, mengganggu, menolak akses, menghancurkan sistem, atau mengendalikan infrastruktur komputasi secara ilegal.
Serangan ini biasanya dilakukan melalui teknik meretas sistem yang rentan, memasang perangkat berbahaya, atau menggunakan metode lain untuk menyebabkan kerusakan atau gangguan. Contohnya termasuk malware, ransomware, phishing, DDoS, dan lain-lain. Serangan siber dapat menyebabkan kerugian finansial besar, gangguan operasional, dan kerusakan reputasi.
Apa langkah pencegahan utama untuk melindungi sistem dari serangan siber
Langkah pencegahan utama untuk melindungi sistem dari serangan siber meliputi:
1. Menggunakan firewall dan antivirus yang terpercaya untuk menghubungkan lalu lintas jaringan dan menghentikan malware sebelum menyebar.
2. Memperbarui sistem operasi, aplikasi, dan perangkat lunak keamanan secara rutin untuk menutup celah keamanan yang dapat dimanfaatkan peretas.
3. Menerapkan autentikasi dua faktor (2FA) agar akses ke sistem lebih aman.
4. Mengenkripsi data sensitif untuk melindungi informasi jika terjadi pencurian data.
5. Melakukan backup data secara rutin dan menyimpannya di lokasi terpisah agar dapat dipulihkan jika terjadi serangan.
6. Waspada terhadap email dan lampiran mencurigakan yang sering menjadi media penyebaran malware atau phishing.
7. Melakukan pelatihan keamanan dan edukasi kepada pengguna agar mengenali tanda-tanda serangan siber dan menghindari tindakan berbahaya.
8. Menggunakan jaringan internet yang aman dan menghindari Wi-Fi publik saat melakukan aktivitas penting.
Langkah-langkah ini secara bersama-sama dapat memperkuat sistem pertahanan dari berbagai jenis serangan siber seperti malware, ransomware, phishing, dan serangan denial of service (DDoS).