Apresiasi Film Gowok, Fadli Zon: Tradisi yang Mungkin Sudah Punah
Lifestyle

Film Gowok: Kamasutra Jawa mendapat apresiasi tinggi dari Fadli Zon. Menteri Kebudayaan tersebut menilai film garapan Hanung Bramantyo itu mampu menggambarkan kekayaan budaya Indonesia melalui narasi yang kuat dan mendalam.
“Menurut saya ceritanya sangat menarik karena mengangkat sebuah tradisi yang mungkin kini telah punah,” kata Fadli Zon, dikutip Selasa (3/6/2025).
Ia menyebut film tersebut sebagai bentuk refleksi keberagaman budaya Indonesia yang patut mendapat ruang di industri film nasional.
Baca Juga: Aktivis Sosial Lieus Sungkarisma Meninggal Dunia
Fadli juga menyoroti unsur akulturasi budaya yang tergambar dalam cerita film ini. Menurutnya, perpaduan berbagai budaya di Nusantara menciptakan beragam kisah yang layak diangkat ke layar lebar.
Klasifikasi Usia Film
Fadli Zon menonton film Gowok: Kamasutra Jawa. (Instagram/@fadlizon)
Baca Juga: Fadli Zon Kenang Momen Pertemuan dengan Titiek Puspa: Figur Berpengaruh dalam Industri Musik Tanah Air
Di saat bersamaan, Fadli Zon tetap mengimbau masyarakat untuk memperhatikan klasifikasi usia sebelum menonton film Gowok: Kamasutra Jawa.
Karena tema dan muatan cerita yang dewasa dalam Gowok: Kamasutra Jawa, Fadli Zon meminta masyarakat bijak dalam menyikapi film tersebut.
Sinopsis Film Gowok: Kamasutra Jawa
Gowok: Kamasutra Jawa. (Instagram)
Pada zaman dulu, ada profesi yang disebut Gowok di Jawa, yakni perempuan yang bertugas membimbing calon pengantin laki-laki dalam memahami tubuh perempuan dan seni hubungan suami istri. Tujuannya adalah agar calon suami mampu membahagiakan istrinya secara lahir dan batin.
Tradisi Gowok diangkat dalam film Gowok: Kamasutra Jawa yang berlatar waktu antara tahun 1955 hingga 1965. Kisahnya berpusat pada budaya Jawa, di mana keluarga calon pengantin pria akan menyewa seorang Gowok untuk memberikan pendidikan seksual sebelum pernikahan.
Tokoh Gowok digambarkan sebagai sosok yang dihormati karena dianggap memiliki pengetahuan penting untuk membangun keharmonisan rumah tangga. Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat masa lampau memandang pentingnya kesiapan emosional dan fisik dalam membina rumah tangga.
Dalam film ini, karakter Nyai Santi menjadi tokoh sentral yang berperan sebagai Gowok. Ia mengajarkan para pria muda seni kepuasan seksual demi menjamin kebahagiaan pasangan setelah menikah.