Banjir Kritik Program Makan Siang Gratis
Nasional

FTNews - Makan siang gratis bagi anak, salah satu unggulan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sudah mulai diuji coba. Namun belum juga resmi berlaku, program ini menuai pro kontra.
Banyak pertanyaan dari mana sumber anggarannya, apakah memang tepat untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045?
Terbaru, wacana program ini memakai dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Cawapres Gibran Rakabuming Raka angkat suara. Wali Kota Solo ini mengatakan saat ini program makan siang gratis masih uji coba.
Baca Juga: Tajir Melintir, Tiga Anggota DPR Tertua Punya Kekayaan Puluhan Miliar
"Inikan kita uji coba dulu. Kita evaluasi bersama murid-murid, orangtua murid, guru, kepala sekolah dan lain-lain ya. Nanti kalau ada masukan, evaluasi, pasti akan diperbaiki lagi skema-skema yang ada sekarang," kata Gibran di Solo, baru-baru ini.
Fakta Menyentuh
Memang makan gratis kini masih tahap uji coba di sejumlah daerah. Diproyeksikan nantinya sebanyak 70,5 juta anak bakal menjadi penerima makan siang gratis. Anggaran per anak Rp15.000 per sekali makan.
Baca Juga: Ketua DPR Minta Penanganan Gempa Cianjur Dilakukan Lintas Lembaga
Saat uji coba, ada fakta menyentuh capres Prabowo Subianto. Ada anak-anak yang malah membungkus lauknya untuk orang rumah. Kenyataan ini membuat Prabowo tersentuh.
"Dan kenyataan, bahwa anak-anak itu makan tapi lauknya kadang dibungkus dibawa ke rumah untuk keluarganya. Ini dua jam dari Ibu Kota, saya tidak rela negara saya begini. Bagaimana saudara-saudara kalau pemimpin elite Indonesia masih cekcok di antara kita hanya rebutan kursi. Padahal faktanya kondisi anak-anak kita seperti ini," kata Prabowo, baru-baru ini.
Prabowo menyampaikan hal ini saat menggelar acara 'Silaturahmi Kebangsaan' di kediamannya di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, akhir pekan lalu.
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menceritakan fakta yang terjadi di lapangan saat pelaksanaan uji coba program makan siang gratis untuk anak di sejumlah daerah. Menteri Pertahanan ini mengungkap, anak-anak mengonsumsi makanan yang diberikan. Namun lauknya dibawa untuk keluarga di rumah.
Ia melanjutkan, program makan siang gratis ini ia laksanakan lantaran berdasarkan data yang ia peroleh, hampir 25 persen anak-anak di Indonesia tidak makan pagi.
Uji coba makan gratis ini salah satunya berlokasi di Kampung Cikembang, Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi yang Prabowo sebut berjarak hanya dua jam dari Jakarta.
Prabowo-Gibran saat kampanye akbar di GBK. Foto: FTNews/Erial Wira Natha
Tolak Gunakan Dana BOS
Menanggapi hal itu, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menolak jika anggaran makan siang gratis menggunakan dana BOS.
Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti menjelaskan, BOS adalah dana untuk mendanai belanja nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai pelaksana program wajib belajar.
Dana BOS juga menjadi bantuan dari pemerintah kepada seluruh sekolah di Indonesia, negeri maupun swasta.
"Selama bertahun-tahun dana BOS digunakan untuk biaya operasional seperti gaji guru, dan karyawan. Kebutuhan belajar mengajar seperti buku, kertas, alat tulis kantor dan keperluan lain seperti biaya listrik, air dan perawatan gedung sekolah," kata Retno.
Sedangkan dana BOS afirmatif atau afirmasi, pemerintah alokasikan bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang berada di daerah tertinggal.
"Tidak semua sekolah di Indonesia mendapatkan BOS afirmasi. Karena hanya bagi sekolah di daerah tertinggal," ucapnya.
Bahkan menurut FSGI, dana BOS yang selama ini ada perlu ditambah. Total dana BOS yang pemerintah gelontorkan ke sekolah-sekolah saat ini hanya Rp50,08 triliun per tahun. Sedangkan anggaran makan siang gratis mencapai Rp450 triliun per tahun.
Suasana anak sekolah di pelosok negeri. Foto: Koin untuk Negeri
Awasi Rawan Korupsi
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengimbau pemerintah tidak gegabah saat melakukan program makan siang gratis.
"Kita harus menyadari, hingga kini sektor pendidikan masih masuk kategori lima sektor terkorup di Indonesia," kata Ubaid.
JPPI juga menyoroti kondisi pendidikan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, rata-rata lama sekolah nasional 8,7 tahun. Itu artinya, SMP saja tidak lulus.
Sementara dari segi kualitas, berdasarkan skor PISA 2022, kemampuan literasi-numerasi pelajar Indonesia masuk dalam kategori salah satu negara skor terendah. Di bawah standar minimum rata-rata di dunia.
Artinya sumber daya manusia Indonesia sudah sangat ketinggalan dari negara-negara luar. Bahkan tertinggal jauh dari negara-negara tetangga.
"Apakah ini bisa diselesaikan dengan makan siang? jelas tidak," imbuhnya.
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: The Indonesian Institute
Potret Kemiskinan
Sosiolog Universita Airlangga Tuti Budirahayu menilai, adanya anak yang membungkus lauk untuk dibawa pulang, fenomena ini berarti ada persoalan kemiskinan yang akut di masyarakat.
"Pembenahannya harus melalui program pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja yang luas bagi orang tua," katanya kepada FTNews, dari Surabaya, Selasa (5/3).
Jadi menurutnya tak sekadar bantuan sosial (bansos). Dengan penyediaan lapangan kerja maka akan meningkatkan daya beli masyarakat dengan menurunkan harga-harga kebutuhan pokok.
"Jika kesejahteraan masyarakat meningkat, maka anak-anak itu akan lebih kenyang sejak dari rumah," imbuhnya.
Lalu jika memang ingin meningkatkan status gizi anak-anak maka fokus pada usia emas (golden age), sasar kelompok masyarakat menengah ke bawah dan bawah sekali. Atau mengalami kemiskinan absolut.
"Program ini bisa diintervensi melalui RT/RW, kerja samakan dengan lembaga amal zakat yang sudah punya data akurat kelompok miskin dan dhuafa," tuturnya.
Pemimpin mendatang harus melihat kondisi kemiskinan rakyat yang meningkat. Program harus menyasar pemberdayaan masyarakat miskin yang bukan sekadar bansos.