Buntut Candaan Soal Adat Toraja, Panji Pragiwaksono Resmi Dipolisikan ke Bareskrim
Nama komika Pandji Pragiwaksono kembali menjadi sorotan publik. Setelah materi stand up comedy-nya yang menyinggung tradisi adat Toraja viral di media sosial, kini ia resmi dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh sekelompok masyarakat yang menamakan diri Aliansi Pemuda Toraja.
Aliansi Pemuda Toraja Ambil Langkah Hukum
Laporan terhadap Pandji dilayangkan ke Bareskrim Polri pada Senin (3/11/2025). Aliansi Pemuda Toraja menilai Pandji telah melakukan penghinaan dan ujaran yang mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam materi lawakannya.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ini Deretan Seleb Berdarah Toraja yang Sukses di Dunia Hiburan
“Hari ini kami melaporkan komika Pandji Pragiwaksono ke Mabes Polri atas dugaan tindak pidana penghinaan dan ujaran bernuansa SARA,” ungkap Ricdwan Abbas, perwakilan Aliansi Pemuda Toraja, kepada wartawan di Bareskrim Polri.
Ricdwan menjelaskan bahwa sebanyak lima orang perwakilan hadir dalam pelaporan tersebut. Ia menambahkan, sebelum menempuh jalur hukum, pihaknya sudah mencoba menghubungi Pandji melalui media sosial untuk meminta klarifikasi. Namun, karena tidak mendapat respons, laporan resmi pun akhirnya dibuat.
“Kami sudah menunggu dengan sabar, tapi tidak ada niat baik dari saudara Pandji untuk meminta maaf atau menjelaskan maksud dari materinya,” tegas Ricdwan. “Kami menilai pernyataannya telah merendahkan martabat masyarakat Toraja.”
Baca Juga: Hormati Proses Hukum, Pandji Pragiwaksono Minta Maaf dan Janji Lebih Bijak di Panggung Komedi
Isi Materi yang Picu Amarah Publik
Ucapan Pandji picu amara publik [Instagram.com/pandji.pragiwaksono]Kontroversi ini berawal dari potongan video stand up Pandji yang beredar luas di platform media sosial. Dalam video itu, Panji membahas Rambu Solo’, tradisi pemakaman khas Toraja, dengan menyebut bahwa upacara tersebut membutuhkan biaya besar hingga membuat sebagian warga kesulitan secara ekonomi.
“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal, dimakaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta pemakaman,” ujar Pandji dalam cuplikan video yang kini viral.
Pernyataan tersebut dianggap menyinggung nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Toraja. Bagi mereka, Rambu Solo’ bukan sekadar pesta kematian, tetapi wujud penghormatan terakhir kepada leluhur dan bentuk solidaritas sosial antarkeluarga.
Sejumlah warganet pun menilai, candaan Panji kali ini melampaui batas humor dan menyentuh ranah yang sensitif secara budaya.
Pandji Minta Maaf dan Janji Lebih Hati-Hati
Setelah polemik semakin memanas, Pandji akhirnya buka suara melalui unggahan di media sosialnya. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Toraja atas kegaduhan yang terjadi.
“Saya menyadari bahwa materi saya mungkin menyinggung sebagian pihak, terutama masyarakat Toraja. Saya meminta maaf dan akan lebih berhati-hati dalam menyusun materi di masa depan,” tulis Pandji dalam pernyataannya.
Ia menegaskan bahwa sebagai komika, dirinya tak bermaksud menghina atau merendahkan tradisi tertentu. Panji juga menyebut bahwa ia terbuka untuk berdialog langsung dengan perwakilan masyarakat Toraja demi menyelesaikan persoalan ini secara baik-baik.
Meski begitu, laporan hukum tetap berjalan, dan pihak kepolisian disebut tengah menindaklanjuti kasus tersebut sesuai prosedur yang berlaku.
Budaya dan Batas Humor di Dunia Komedi
Kasus ini kembali membuka diskusi publik tentang batas kebebasan berekspresi dalam dunia komedi. Banyak yang menilai bahwa komedi seharusnya bisa menjadi ruang kritik sosial tanpa menyinggung identitas budaya.
Pakar budaya menilai, apa yang terjadi pada Panji dapat dijadikan pelajaran bagi seluruh pelaku seni pertunjukan agar lebih sensitif terhadap konteks budaya dan kearifan lokal. “Humor bisa tetap cerdas tanpa harus mengorbankan nilai tradisi,” ujar salah satu pengamat budaya.