Buruh Formal 54 Juta, Tapi Suara Partai Buruh Tak Sampai 1 Juta
Nasional

FTNews - Jumlah buruh formal di Indonesia diperkirakan mencapai 54 juta orang. Namun, dalam Pemilu 2024 lalu, Partai Buruh hanya memperoleh 972.910 suara. Atau 0,64 persen dari total suara nasional.
Solidnya para buruh saat unjuk rasa menuntut kenaikan upah nyatanya tidak berbanding lurus dengan curahan suara kepada partai yang baru berdiri pada 28 Agustus 1998. Partai politik ini pernah menjadi peserta Pemilu 1999, Pemilu 2004, dan Pemilu 2009 serta Pemilu 2024.
Sosiolog Universitas Nasional Sigit Rochadi berpendapat, buruh bersatu dalam kesejahteraan namun bercerai dalam politik.
Baca Juga: Jaga Keamanan Gereja, Puan Minta Kapolri dan Panglima TNI Kompak
Setiap 1 Mei saat peringatan Hari Buruh, para buruh turun ke jalan. Demonstrasi menuntut kesejahteraan. Hal ini wajar sebab kesejahteraan butuh masih tertinggal dibanding kelompok pekerja lainnya. Bahkan banyak perusahaan yang tidak mampu membayar upah buruh sesuai ketentuan upah minimum provinsi.
"Hak-hak buruh lainnya seperti upah lembur, cuti, pembayaran jaminan sosial sering pengusaha langgar," katanya di Jakarta, Kamis (2/5).
Menghadapi situasi ini, semua serikat buruh pun bersatu menuntut kenaikan upah setiap tahun. Pemerintah pun tidak mampu menghadapi tekanan buruh sebab demonstrasi itu para buruh lakukan dengan mogok kerja bahkan menutup jalan raya.
Baca Juga: Mendagri Izinkan ASN Kemendagri dan BNPP Laksanakan WFH
Memang pemerintah bertindak tegas dengan menangkap dan memproses hukum para pimpinan. Tetapi berulang setiap tahun sehingga solidaritas buruh terpelihara.
"Meskipun kecil setiap tahun selalu ada kenaikan upah buruh. Persatuan dalam menuntut kesejahteraan ini bertolak belakang dengan perjuangan politik buruh," ucap Sigit.
Demo buruh 2024. Foto: RRI
Gagal dalam Pemilu
Partai Buruh lanjutnya, selalu gagal pada setiap pemilu. Padahal jumlah buruh formal di Indonesia mencapai 54 juta orang.
"Jika setengahnya saja memilih partai buruh akan memenangkan pemilu. PDIP sebagai pemenang Pemilu 2024 meraih 25 juta suara. Sedangkan Partai Buruh tidak sampai 1 juta suara," ungkap Sigit.
Perpecahan demi perpecahan serikat-serikat buruh baik di perusahaan maupun di tingkat nasional tambahnya menyebabkan lemahnya dukungan buruh terhadap Partai Buruh.
Meskipun campur tangan pengusaha terhadap serikat buruh mulai berkurang. Tetapi kecenderungan para pemimpin serikat untuk bersatu masih lemah.
Agenda mendesak lanjut Sigit adalah menemukan pemimpin serikat buruh yang kuat yang mampu mempersatukan semua serikat buruh.
Solidaritas Buruh
Senada, Sosiolog Universitas Airlangga Tuti Budirahayu juga menyoroti solidaritas buruh menjadi instrumen utama para buruh memperjuangkan nasibnya. Termasuk dalam menuntut haknya mendapatkan untuk mendapatkan upah yang layak.
"Kekuatan dan solidaritas buruh dalam memperjuangkan hak-haknya, sangat berpengaruh terhadap arah kebijakan pemerintah. Hal itu karena roda perekonomian negara sangat bergantung pada produktivitas kerja kaum buruh," papar Tuti.
Maju atau mundurnya pertumbuhan dan perkembangan suatu negara kata Tuti, juga bertumpu pada kekuatan para pekerja yang berada di berbagai sektor industri.