CEO Satya Nadella Khawatir AI Bikin Microsoft Jadi Ketinggalan Zaman

Teknologi

Minggu, 21 September 2025 | 08:11 WIB
CEO Satya Nadella Khawatir AI Bikin Microsoft Jadi Ketinggalan Zaman
Ilustrasi gedung Microsoft. (copilot)

Perusahaan-perusahaan di dunia diguncang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang salah satu andilnya akibat keberadaan kecerdasan buatan (AI). Guncangan itu tak terkecuali menimpa Microsoft.

rb-1

Karyawan di Microsoft ketar-ketir karena perusahaan diguncang oleh gelombang PHK yang terus-menerus. Ada pergeseran budaya besar tahun ini, dengan banyak yang hidup dalam ketakutan akan dipecat atau digantikan oleh AI seiring perusahaan semakin mengadopsi teknologi tersebut.

Ancaman Ketinggalan Zaman

Baca Juga: Jangan Kecolongan, Ini Cara Deteksi Tulisan Dibuat AI atau Bukan

rb-3

Microsofb 365. (microsoft)Microsofb 365. (microsoft)Dikutip Fortune, CEO Satya Nadella menghadapi tekanan besar untuk tetap relevan di tengah perlombaan AI yang sedang berlangsung. Di saat memangkas jumlah karyawan secara besar-besaran, perusahaan justru berkomitmen pada investasi bernilai miliaran dolar dalam bidang AI — sebuah perubahan prioritas besar yang dapat membuatnya rentan.

Seperti dilaporkan The Verge, Microsoft yang bisa jadi ketinggalan zaman ketika berlomba dalam pengembangan AI adalah sesuatu yang membuat Nadella tidak bisa tidur nyenyak.

Dalam sebuah pertemuan internal karyawan minggu lalu, CEO itu mengatakan bahwa ia “dihantui” oleh kisah Digital Equipment Corporation (DEC), sebuah perusahaan komputer pada awal 1970-an yang dengan cepat menjadi usang karena kalah saing dari IBM setelah melakukan kesalahan strategis besar.

Baca Juga: Pendapatan per Karyawan OnlyFans Kalahkan Apple, Google, dan Microsoft

Nadella menjelaskan bahwa “beberapa orang yang berkontribusi pada Windows NT berasal dari sebuah laboratorium DEC yang terkena PHK,” mengacu pada sistem operasi berpemilik dan bersejarah yang dirilis Microsoft pada 1993.

Pernyataannya itu mencerminkan perebutan tenaga kerja AI masa kini, di mana perusahaan rela mengeluarkan uang dalam jumlah fantastis untuk membajak pekerja dari pesaing mereka.

Tekanan pada Microsoft untuk melakukan transformasi diri di era AI semakin meningkat. Bulan lalu, miliarder Elon Musk mengumumkan proyek AI terbarunya bernama “Macrohard”, sebuah sindiran yang ditujukan langsung kepada raksasa teknologi tersebut.

“Secara prinsip, mengingat perusahaan perangkat lunak seperti Microsoft tidak memproduksi perangkat keras fisik apa pun, seharusnya mungkin untuk mensimulasikan mereka sepenuhnya dengan AI,” ujar Musk akhir bulan lalu.

Walaupun masih harus dilihat seberapa berhasil upaya Musk untuk meniru produk seperti Microsoft Office dengan AI, Nadella mengatakan dirinya siap untuk melepas kerugian jika suatu produk nantinya menjadi usang.

“Semua kategori yang mungkin sudah kita cintai selama 40 tahun bisa jadi tidak lagi berarti,” ujarnya kepada karyawan pada pertemuan itu.

“Kita sebagai perusahaan, kita sebagai pemimpin, harus sadar bahwa kita hanya akan bernilai ke depan jika membangun sesuatu yang sesuai dengan tuntutan zaman, bukan terjebak dengan apa pun yang kita bangun di masa lalu.”

Investasi Besar-besan di AI

Tampilan AI Copilot milik Microsoft. (microsoft)Tampilan AI Copilot milik Microsoft. (microsoft)

Untuk saat ini, Microsoft tetap habis-habisan dalam AI demi mengejar ketertinggalan. Awal tahun ini, Microsoft menegaskan rencananya untuk mengalokasikan dana sebesar 80 miliar dolar AS (Rp1.331 triliun) guna mendukung pusat data AI — jauh lebih besar dibandingkan beberapa pesaingnya, termasuk Google dan Meta.

Hal yang memperumit keadaan adalah hubungannya dengan OpenAI, yang berulang kali diuji. OpenAI tengah berupaya mendapatkan persetujuan Microsoft untuk menjadi perusahaan berorientasi laba, dan pada saat bersamaan membutuhkan kapasitas komputasi yang lebih besar daripada yang mampu disediakan Microsoft, sehingga membebani kemitraan bernilai miliaran dolar itu.

Minggu lalu, kedua perusahaan menandatangani sebuah “nota kesepahaman non-mengikat” yang samar, karena mereka “secara aktif bekerja untuk merampungkan persyaratan kontrak dalam sebuah perjanjian definitif.”

Singkatnya, Microsoft di bawah Nadella terus berada dalam posisi sulit saat mencoba mengukuhkan tempatnya dan tetap relevan dalam lanskap teknologi yang berkembang pesat.

Tag ai microsoft ai microsoft kecerdasan buatan

Terkini