Dear Menteri Nadiem! Ini Suara Guru Soal Kebijakan Penghapusan Penjurusan: Bikin Siswa Stres

Nasional

Senin, 22 Juli 2024 | 00:00 WIB
Dear Menteri Nadiem! Ini Suara Guru Soal Kebijakan Penghapusan Penjurusan: Bikin Siswa Stres

FTNews - Kemendikbudristek RI  memutuskan penghapusan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebijakan ini tentunya menimbulkan pro dan kontra dikalangan guru yang mengajar.

Salah satu guru di SMA Jagakarsa, Karenia Nabila (24) angkat bicara soal adanya kebijakan baru dari Kemendikbudristek RI ini.

rb-1

Menurutnya keputusan penghapusan jurusan ini dinilai tergesa-gesa. Pasalnya terdapat ketidaksamaan di setiap sekolah, maka masih terdapat kekurangan saat pelaksanaan atau penerapan kebijakan baru.

“Kebijakan Kemendikbud ini terkesan tergesa-gesa, mungkin seperti kita tau ya para guru sudah gak awam dengan kurikulum merdeka, kurikulum ini aja implementasi nya masih banyak trial error cacat sana sini, dan penghapusan penjurusan ini selain mungkin memudahkan siswa untuk eksplorasi, tapi cacat nya juga implementasi eksplorasi itu. Di setiap sekolah gak bisa disamakan, gak seperti sistem IPS, IPA yang udah pasti lebih efisien untuk diterapkan dikeseharian,” kata Karenia kepada FT News, pada Senin (22/7).

Baca Juga: Catat! Ini 5 Poin Penting Pemberlakuan Paspor 10 Tahun

rb-3

Potret Guru SMA, Karenia saat mengajar (Foto: instagram)

Lebih lanjut wanita yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta ini mengatakan bahwa adanya penjurusan di SMA itu penting. Hal ini dikarenakan memudahkan siswa untuk mengetahui arah minat dan kapabilitas saat akan melanjutkan pendidikan.

“Karena aku juga ngerasain ya sebagai siswa waktu dulu yang sudah di juruskan itu aku merasa penting banget, apalagi status aku sekarang sudah jadi guru, aku merasa penjurusan seperti ini memudahkan siswa mengetahui arah minat dan kapabilitas mereka di ranah apa, yang nanti saat menempuh pendidikan lanjut (S1) udah gak perlu bingung lagi,” ujarnya.

Selain itu Karenia juga menilai pembelajaran kurang efektif setelah adanya penghapusan penjurusan ini. Siswa harus mempelajari seluruh mata pelajaran. Ia menyarankan agar pemerintah memberikan eksplorasi terhadap siswa melalui ekstrakurikuler, atau kegiatan setelah sekolah.

Baca Juga: Akan Meregulasi AI, Menkominfo: Aman, Beretika, Saling Percaya

“Lebih baik eksplorasi diri itu di salurkan lewat ekstrakurikuler, atau kegiatan setelah sekolah, didalam kurikulum merdeka ada yang namanya P5, itu saja implementasi nya kurang dan bikin stress anak-anak. Karena kalau IPS/IPA dihapus, selain siswa harus belajar semuanya, mereka sama sekali gak ada kesempatan untuk kegiatan pasca sekolah, udah keburu kecapean duluan, apalagi kapasitas kecerdasan maupun stamina anak beda-beda,” papar Karenia.

Sementara itu Karenia meminta agar pemerintah khususnya Kemendikbud RI agar melihat kondisi di lapangan terlebih dahulu sebelum memutuskan kebijakan baru.

“Biarkan kurikulum itu berjalan misalnya per 10 tahun sekali, itu kan juga masih relevan, gausah kebanyakan gonta-ganti kebijakan, ganti Menteri sedikit langsung ganti kebijakan, kalo mau pengkajian ulang juga jangan setengah-setengah. Mungkin buat mereka kurikulum ini percobaan, tapi buat orang tua siswa, apa yang anaknya pelajari dan masa depan mereka itu sama sekali bukan coba-coba,” tukasnya.

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah (Foto: istimewa)

Untuk diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan penghapusan jurusan di tingkat SMA merupakan implementasi Kurikulum Merdeka, sehingga basis pengetahuan siswa lebih relevan untuk rencana studi lanjutan. Peniadaan jurusan di SMA ini sudah diterapkan secara bertahap sejak 2021.

"Pada tahun ajaran 2022, sudah sekitar 50% satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Merdeka. Pada tahun ajaran 2024 saat ini, tingkat penerapan Kurikulum Merdeka sudah mencapai 90-95% untuk SD, SMP, dan SMA/SMK," kata Anindito.

Pada kelas 11 dan 12 SMA nantinya murid yang sekolahnya menggunakan Kurikulum Merdeka ini dapat memilih mata pelajaran secara lebih leluasa sesuai minat, bakat, kemampuan, dan aspirasi studi lanjut atau karirnya.

Tag Nasional Headline Guru Kemendikbud SMA Nilai Penghapusan Jurusan

Terkini