Deretan Kejahatan Napi Lapas Kelas I Medan: Scam Ayah Raline Shah hingga Bisnis Gelap

Kasus scam yang mengguncang publik ini bermula dari laporan Rahmat Shah, ayah dari artis sekaligus staf khusus kementerian, Raline Shah.
Ia menjadi korban penipuan daring senilai Rp254 juta oleh sindikat yang dikendalikan dari balik jeruji Lapas Kelas I Medan.
Modusnya cukup licik: pelaku berpura-pura menjadi Raline Shah menggunakan akun WhatsApp dengan foto profil palsu.
Baca Juga: Waspada Penipuan Online, Kenali Modusnya dan Jangan Asal Buka
Dengan alasan pembelian logam mulia, mereka meyakinkan korban untuk mentransfer sejumlah uang secara bertahap.
Dua Napi Aktif Terlibat
Napi di Medan tipu ayah Raline Shah. [Istimewa]Setelah curiga, Rahmat Shah melapor ke Direktorat Reserse Siber Polda Sumatera Utara.
Baca Juga: Hati-hati! Penipuan Online Jelang Pemilu Lewat File APK
Dari penyelidikan mendalam, polisi menangkap empat tersangka, dua di antaranya adalah narapidana aktif:
- Muhammad Syarippudin Lubis (25) dan Rizal (24), keduanya menjalani hukuman kasus narkotika.
- Indri Permadani (20) dan Tika Handayani (30), warga sipil yang berperan sebagai penghubung di luar lapas.
Sindikat ini mendapatkan data calon korban lewat aplikasi Get Contact, kemudian menghubungi secara terus-menerus hingga total kerugian mencapai Rp254 juta.
Polisi berhasil mengungkap jaringan ini pada 10 Oktober 2025, menambah daftar panjang kejahatan berbasis lapas di Sumatera Utara.
Pola Kejahatan Berulang di Lapas Kelas I Medan
Penipuan terhadap Rahmat Shah hanyalah puncak gunung es dari serangkaian kasus kriminal yang terus muncul dari balik tembok Lapas Kelas I Medan.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kejahatan berhasil dibongkar dengan pola yang hampir serupa: kendali dari dalam penjara, eksekusi di luar.
Beberapa contoh kasus yang sempat mencuat, antara lain:
- Peredaran Narkotika: Beberapa napi tetap mengatur transaksi narkoba melalui jaringan luar menggunakan ponsel ilegal.
- Penipuan Online & Scamming: Modus meniru identitas publik figur, pejabat, hingga artis digunakan untuk menipu masyarakat.
- Pemerasan dan Ancaman: Napi berkomunikasi dengan korban melalui telepon untuk memeras atau menakut-nakuti demi uang.
- Perdagangan Barang Terlarang: Ponsel, senjata tajam, hingga narkoba berhasil diselundupkan melalui oknum petugas yang tak bertanggung jawab.
Polanya menunjukkan bahwa sistem pengamanan di dalam lapas belum sepenuhnya mampu menutup akses komunikasi ilegal antara napi dan dunia luar.
Mengapa Kejahatan Masih Terjadi di Dalam Lapas?
Di dalam Lapas Kelas I Medan. [Instagram]Banyak pihak menilai, akar masalahnya bukan hanya pada perilaku napi, tetapi juga celah sistemik dalam pengawasan pemasyarakatan.
Penggunaan ponsel ilegal, lemahnya deteksi komunikasi digital, dan keterlibatan oknum menjadi kombinasi berbahaya.
Menurut beberapa pakar hukum, digitalisasi kejahatan kini menuntut sistem pengawasan lapas yang lebih modern.
Penggunaan sinyal jammer, pemindaian perangkat, dan sistem CCTV berbasis AI dianggap solusi mendesak untuk menekan praktik kriminal di balik jeruji.
Selain itu, pendekatan rehabilitasi dan pembinaan mental juga perlu diperkuat agar napi tidak terus memanfaatkan waktu hukuman untuk mengulang tindak kejahatan.
Kasus ini menuai reaksi keras dari publik. Banyak yang mempertanyakan, bagaimana napi bisa menjalankan kejahatan digital sebesar ini dari dalam lapas?
Kantor Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Sumatera Utara pun diminta mengevaluasi sistem keamanan Lapas Kelas I Medan, termasuk melakukan mutasi petugas yang lalai dan memperketat akses komunikasi napi.