Diplomat Arya Daru Tewas Bunuh Diri, Apsifor: Korban Memendam Tekanan Psikologis
Hukum

Terungkap sudah misteri kematian Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan. Polda Metro Jaya yang melakukan penyelidikan menyimpulkan korban diduga bunuh diri.
Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) yang ikut melakukan investigasi kasus ini mengungkapkan kalau korban memiliki masalah kesehatan mental. Meski begitu, korban tidak menunjukan tekanan psikologis di hadapan rekan kerjanya.
"Almarhum merupakan individu yang dikenal di lingkungannya sebagai pribadi dengan karakter positif. Beliau bertanggung jawab, sportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan, dan merupakan individu yang peduli terhadap lingkungannya," kata Ketua Umum Apsifor Nathanael E.J Sumampouw, Selasa 29 Juli 2025.
Baca Juga: Terungkap! Ibu Tewas di Cinere Miliki Kepribadian Paranoid dan Alami Depresi
Memendam Tekanan Psikologis
Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan. [FT News]
Ia menyampaikan sebagai sosok yang selalu berusaha menampilkan karakter diri dan kualitas diri yang positif di lingkungan, korban mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi tekanan yang tinggi.
Baca Juga: Penampakan Kamar Kos TKP Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan Tewas Tak Wajar, Ditemukan Sidik Jari
"Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga memengaruhi bagaimana Almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, dan memandang masa depan," katanya.
"Almarhum berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif yang dirasakan dan berupaya untuk tidak menunjukkannya di depan orang lain," sambungnya.
Meskipun demikian, Nathanael mengatakan pihaknya menemukan bahwa ada riwayat di mana korban berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring.
"Terakhir, dari data-data yang dihimpun, kami melihat sekitar tahun 2021. Awalnya, dari data yang dihimpun di tahun 2013," ucapnya.
Kemudian, hal yang sangat penting adalah memahami masa-masa akhir kehidupannya sebagai diplomat, korban bertugas dalam tugas yang sangat mulia, yaitu melakukan perlindungan terhadap warga negara Indonesia.
"Almarhum adalah pekerja kemanusiaan. Beliau memikul berbagai tanggung jawab, menjalankan tugas peran profesional, sekaligus peran-peran humanistik sebagai pelindung, pendengar, dan sebagai penyelamat bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis," katanya.
Dampak Tekanan Kerja
TKP kamar kos korban. [Dok PMJ] Peran kerjanya tersebut tentu menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, dan sensitivitas sosial.
"Hal ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, serta terus menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan, dan vicarious trauma. Nah, dinamika psikologis tersebut kami temukan di masa akhir kehidupannya," kata Nathanael.
Meskipun menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, karakteristik kepribadian korban berusaha untuk menekan apa yang dirasakan membuatnya cenderung sulit untuk atau mengalami hambatan dalam mengelola kondisi psikologis negatif yang dialaminya secara adaptif, dan cenderung berusaha untuk menutupinya.
"Dinamika dalam diri tersebut membuat Almarhum mengalami hambatan personal untuk mengakses dukungan, bantuan psikologis dari lingkungan terdekat, dan dari tenaga profesional kesehatan mental," katanya.
"Setelah terakumulasi, penghayatan Almarhum tersebut mengenai dirinya, masalah, dan tekanan hidup di episode terakhir kehidupannya ini, kemudian memengaruhi proses pengambilan keputusan Almarhum terkait cara kematiannya atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya," tukasnya.
Diketahui, Arya Daru Pangayunan (39), diplomat muda sekaligus staf Kemlu RI, ditemukan tewas pada Selasa (8/7/2025) pagi.
Korban ditemukan tidak bernyawa di kamar indekosnya di Kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, sekitar pukul 08.30 WIB.
Arya Daru Pangayunan ditemukan tewas secara mengenaskan. Di mana wajah dan kepalanya terlilit lakban. Kemudian, terbaring terlentang di atas tempat tidur serta tubuhnya ditutupi kain berwarna biru gelap.